Bukittinggi.
Bondan Winarno telah menulis dengan baik tentang Bukittinggi. Terasa betul, Bondan memang pernah merasakan indahnya Bukittinggi. Buyuang Mipih di waktu lain, membawa keluarganya kesini. Berkeliling Benteng Kebunbinatang dan Jamgadang. Terasa lebih bersih dan rapi. Ketimbang dulu saat masa sekolah. Anaknya yang kecil merengek minta jus buah. Di pelataran jam gadang. Cuaca dingin begini mau nyedot jus? Tapi yang namanya anak -anak, susah ditolak. Maka masing-masing mulai memegang gelas plastik jus merah ungu. Tapi tiba-tiba anaknya yang bungsu memekik. Menangis dan berlari memegang kaki bapaknya. Ada apa? Dua badut yang sedari tadi menari-nari, mendekati anak Buyuang. Bagi si Bungsu itu mengerikan. Anak lain malah senang berfoto sama badut, ia takut. Bolehjadi ukuran badut yang besar, atau wajah yang menganga seperti tawa, tak memberi kesan jujur pada anak Buyuang. Maka ia lari dan menangis. Terpaksa ibunya membujuk dan menerangkan. "Makhluk itu tak seberbahaya bayangan!"
Kala yang lain, Buyuang Mipih menikmati Bukittinggi berdua saja dengan si Sulung. Taroklah sebagai hadiah lulus kuliah dengan IP tak di bawah 3. Nginap di Dymens.
Pagi sebelum sarapan Buyuang joging sendiri. Anaknya ditinggal di kamar. Melintas perumahan elit pinggir ngarai. Yang dulu mengalun instrumental lembut. Kini berubah nuansa pasar. Ada yg jadi kantor, butik dan salon. Nun di belakang rumah sederhana bersusun pondok dari kayu. Penjual mie serta kopi.
Buyuang menengok ke jurang. Pohon _Arenga, Ficus, Mallotus dan Macaranga serta Bambusa_ di hinggapi burung terkuku. Dan lihat! Belasan ekor monyet ekor panjang mengais makanan di timbunan sampah tebing jurang! Demi melihat Buyuang, monyet itu berlarian. Sampah makanan harian. Monyet pemulungnya! Adakah jika buangan sampah distop, monyet akan masuk ke perumahan?
No comments:
Post a Comment