Wednesday, March 26, 2025

Navis

 AA Navis


Kepiawaian Navis mengolah dilema psikologis tokoh cerpennya sudah diakui banyak orang. Agaknya bukan kepiawaian, tapi intuisi yang lahir dari dialektika mendalam, produk dari perbendaharaan membaca, sikap relijius dan realitas kultur peristiwa. Robohnya Surau Kami, kental dengan hal di atas. Boleh jadi pembaca zaman now tak mudah memahami, tapi masarakat tahun 70an, 80an, menyimpan pesan Navis dengan baik.


Selain RSK, ada cerpen lain yang menarik. Cerita tentang tokoh yang licin, survive zaman Orla, terpakai zaman komunis, hilang sejenak tahun 65, dan tiba - tiba muncul jadi tokoh pengusaha zaman orba. Dia licin. Licin dan pintar bermain kata. Hingga, bagai karakter mimikri, dia tak hilang ditelan zaman rezim. Hebat. Di merah dia merah. Di kuning dia kuning. Di hijau dia takzim. Gitu!


Cerpen lainnya lagi, Orang Baik Yang Malang. Bertolak belakang secara psikologis dengan tokoh licin di atas. Ini lurus tabung. Hingga akhirnya sakit. Dan taukah kita, apa obat yang disarankan dokter atas problematik psikosis nya? Duh, berat, tapi itulah pemicu sakitnya. Navis emang tiada duanya.

No comments:

Post a Comment