Sunday, February 2, 2020

Air, Belalang dan Cacing




Air, Belalang dan Cacing
(A,B dan C)
Oleh Hanifa Marisa

Marilah mari kita berbincang
Nun di hijaunya rumput pematang
Di bawah daun menjelang siang
Seekor cacing menjulur memandang
Dasar sawah berlumpur lembut
Mungkin bagus untuk habitat belut
Cacing mengintip tiada kecut
Siapa tahu rezki menurut
Sinar menembus daun dan air
Belalang kecil hijau parkir
Entah bersenandung atau berzikir
Diiringi bunyi air pembuluh mengali
Related image
Embun tersenyum sambil dikulum
Memandang cacing muncul clutellum
Ingin menyapa, tapi belum

Biarkan sejenak daun mengalun


Di sawah berjenjang jenjang
Di sejauh mata memandang
Di hati nan terasa lapang
Di wajah nan ceria riang

Nun di atas menari-nari
Ditiup angin si buah padi
Belalang sabar diam menanti

Melirik cacing muncul lagi

Sambil mengoyang-goyangkan antena
Belalang mengarahkan pandangan mata
Kepala cacing ia terka-terka

Akan keluar atau tetap di lubang saja

Cacing kecil manalah tahu
Di luar aman ataukah ada seteru
Andai ada burung terkuku

Alamat hilang badan nan satu
Image result for soil worm hole
Ataupun moncong itik sawah
Yang menyedot makanan dengan serakah
Peduli cacing, lipas dan ulat lintah

Semua masuk ke tembolok pindah

"Cacing kecil,
Di luar aman,
Tak ada sesiapa,...

Silakan keluar. Ini pagi yang indah...
Lihat matahari di timur mengambang
Menjanjikan hidup nan penuh berkah...." sapa Belalang

"Betulkah?" jawab cacing kecil.
Keluar lubang barang sebentar
Menghangatkan tubuh yang bulat bundar

Merayap memanjang kendor tegar
Melhat alam meikmati suasana sekitar

Wahai temanku si belalang
Sedang apa engkau gerangan
Apakah perutmu sudah kenyang

Memakan padi bulir setandan?
Demikian sapa Cacing Kecil.
Belalang tersenyum mendengar

Sambil melirik ke bawah
Belalang menjawab bangga
Tiada kumakan padi berbuah

Daunnya yang aku suka

Cacing beringsut ke muka tanah
Menikmati terpaan cahaya terang
Sambil memandang berbagai arah

Takut disambar burung terbang

O muka air sawah beriak
Daun gulma basah berembun
Ikan Rasbora jalan berarak

Cacing memperhatikan di bawah daun
Image result for embun daun rumput
Wahai temanku si belalang
Tolong lihatkan dari atas
Andai ada manusia datang

Kepalaku bisa terinjak sandal keras

Belalang menggeser tempat hinggapnya
Mencoba melihat suasana sekitarnya
Pagi sepi hijau merona

Dan belum tampak ada manusia

Damai di ekosistem kecil
Burung pipit memanggil-manggil
Matanya hitam mungil

Paruhnya mencicit usil

Hai Cacing merah di muka tanah
Taukah engkau jauh disana
Ada banyak rumah

Ditinggali kawanan manusia

Merekalah yang menanam padi
Di saat musim hujan tiba
Mereka memupuk dan menyiangi

Dan menunggu bulir kuning tua

Ah, sayang engkau tak bisa terbang
Tentu terlihat indahnya lanskap
Melihat padi, jagung dan kacang

Serta daun kelapa menyentuh atap

Cacing kecil jadi termangu
Lanskap pemandangan, kayak apakah itu
Apakah coklat, hijau atau biru
O, ingin ia punya sayap walau semu



Di sebelah sana Cing, ada sungai
Airnya jernih berbatu-batu
Suara alirannya sungguh aduhai

Membuat hati menjadi sendu
Demi mendengar cerita belalang
Tentang air yang mengalir
Embun di daun ikut menopang

Betul, indah sekali Cing, perjalanan air

Tetes embun lalu bercerta
Pengalamannya berkelana
Dari sungai, laut hingga membubung ke udara

Bahkan sampai di dalam gelas atas meja
Suatu kali, cerita si Tetes Embun
Aku mengalir dari mulut teko
Setelah direbus dalam panci

Masuk ke gelas seorang Koko
Dicampur dengan teh wangi

Kemudian dihirup masuk perut
Becampur dengan makanan lain
Daging babi dan daging siput
Bergumul dalam asam, pedas dan asin
Lemak babi kepintal berkali-kali
Tapi gagal dan gagal lagi
Akhirnya kubiarkan saja jadi basi

Sampai melewati usus duabelas jari
Tak lama aku berpindah
Masuk ke dinding usus bercampur darah
Mengalir ke otak dan membayang di wajah

Hingga kuintip dolar dan rupiah
Namun itu tada lama
Siklusku berubah berirama
Terpelanting ke lubang tanpa nama

Bercampur benda busuk tak terkira
Untunglah kami cepat disiram
Berpindah dalam saluran kelam
Lalu mengalir ke laut dalam

Hingga sesakku hilang padam,...uh
Belalang hijau tertarik medengar
Perjalanan panjang setetes air
Iapun segera berujar

Lain kali, disini sajalah kita berpendar





Bagiku cukuplah dedaunan disini
Ada genjer, rumput dan daun padi
Jika hujan turun,, aku pergi
Menghindar dan menyelamatkan diri

Terkadang aku terbang tinggi
Melantas sawah, hutan dan sungai
Indahnya tiada terperi

Daun-daun seperti melambai
"Engkau sering melintas kampung manusia kan"
Embun bertanya menyelidik
Tentu engkau terheran-heran

Mereka besar, berbudaya dan terdidik
Kemarin kuhinggap di halaman mereka
Di pohon jambu yang tengah berbunga
Kulihat di depan terasnya

Anak putrinya menyapu lantai ceria
"Menyapu?" tanya Cacing.
Ia tak mengerti aktifitas itu
Banyak istilah yang buat ia pusing

Tapi cerita temannya menggoda kalbu

Ya menyapu, jawab Belalang
Membersihkan kotoran di sekittar
Kata mereka sampah harus dibuang

Supaya badan sehat dan segar
Cacing termenung diam
Sampah itu bagi cacing sangat berharga
Sisa makanan dan sisa tumbuhan

Adalah sangat menerbitkan selera
 "Teman," kata Embun
Sepertinya sinar matahari makin hangat
Aku mulai merasa tersetrum
Serasa berubah menguap beralih tempat

Ya, badan mulai terasa panas
Aku kembali ke dalam lubang
Menyerap sari tanah nan luas

Menjaga agar tak kerontang

Cacing mundur ke dalam tanah
Embun terbang ke langit atas
Belalang melayang ke pinggir sawah

Mencari lindungan daun talas

No comments:

Post a Comment