Saturday, September 4, 2021

JASUKE

JASUKE

Oleh Hanifa Marisa

September 2021

 

Ketika tidur di tengah malam, terasa si bungsu pindah tidur ke dekat bapaknya. Biasanya jika dia kurang fit, atau mimpi aneh, ia selalu begitu. Menyurukkan wajah di lengan bapak. Seakan ia kembali kecil balita. Manja pada almarhum ibunya.

 

Terbangun menjelang fajar, kutengok kepala sibungsu masih menempel di lengan. Tangannya melintang di dadaku. Ia terlihat pulas. Mungkin merasa nyaman bersama bapaknya. Kualihkan tangannya pelan-pelan, lalu duduk. Dia masih pulas. Kutatap wajah lugu itu. Disela helaaan nafas teratur. Matanya terpejam. Hidung bangil. Pipi penuh karena masih remaja. Rambut mulai panjang menyentuh telinga. Ah, wajah ini mengingatkan pada ibunya.... Dan tiba-tiba ingin kucium keningnya. Entah kenapa....

 

Selesai shalat kutengadahkan tangan keTuhan. Memohon bimbingan dan kekuatan. Melirik ke si Bungsu yg kini telentang mata terpejam. Meletakkan kening di lantai. Menghiba. Ya Tuhan...

Kadang memang datang fikiran sesal di hati. Apa aku dulu terlalu keras? Terlalu tegas? Seandainya tak ada halangan itu, mungkin kini kami tersenyum bahagia melihat anak-anak berhasil studinya. Tentu dia akan berlinang air mata melihat putra wisuda. Ah saya tak mau terbawa sesal. Saya sudah kebal. Kebal! Kebaaaal..!!

Aku berhusnuzzan, semua  ini tentu seizin Tuhan. La haula wa la quwwata illa billah.

Aku harus kuat! Aku harus kuaaat!! Aku ingin melihat kedua permata ini hidup bahagia sukses dan tak mengalami apa yg menimpa bapaknya ini... Tuhan, bantu aku ya...

 

Fajar dingin. Kuusahakan memecah sepi. Mengaji...

Sejenak azan terdengar. Bersahutan dari masjid ke masjid. Si Sulung terbangun. Suara langkahnya ke kamar mandi kedengaran. Aku menarok kitab dan  menghampiri si Bungsu. Mengusap dahinya. Rambut mulai panjang. Setengah berbisik kubangunkan,"bangun ayok...udah azan...."

Ia tersentak. Lalu menggeliat. Menguap. Dan memandang sekitar. Terus, meletakkan kepalanya di pahaku. Kembali memejamkan mata.

 

Setelah shalat subuh pagi tadi saya ajak anak-anak beli sarapan. Sekalian jalan pagi. Pake celana training dan sepatu cats. Si Sulung seperti biasanya ogah-ogahan. Dia lebih suka main HP di kamar atau main game sama teman-temannya.

"Uda! Sekarang ado jualan jasuke Da. Lamak!" Si Bungsu merayu uda nya. Saya senyum saja. Biarlah dia di rumah kalau emang malas ke tukang jual bubur atau kue.

Mendengar jasuke, si Sulung cepat-cepat keluar, masih megang HP nya.

Kami jalan di trotoar. Pundak si Bungsu saya gandeng dg tangan. Udanya melangkah di belakang memencet keyboard HP.

"Jasuke samo bubua kacang padi yo Ayah!"si Bungsu tengadah ke saya.

"Iyo. Ok. Asal habis indak buliah mubazir" jawabku.

"Beko indak dimakannyo Yah. Uda sajo maabihi!" Kakaknya menyela dari belakang.

"E lamak se Uda. Indak mubazir gai do!" jawab adiknya.

"Ok. Balilah. Uda yg maabihan!" kata kakaknya lagi.

"Ayah  nasi goreang kan? Beko nyo mintaklo nasi ayah dek Uda mah!" celoteh adiknya.

"Tu kadialo nyo. Wak makan sajo samo-samo.." kataku. Dan tak berapa langkah lagi kami sampai.

Mak yg jualan sudah kenal dg anak-anak. Dari jauh dia dah senyum.

"Pai tantara kaduonyo pagiko? Apo nan ka Amai bungkuih?" sapa si Amai ramah.

 

Kami kembali pulang setelah membeli makanan. Si Bungsu bahkan diberi gratis beberapa kue oleh Amai. Entah kenapa, sedari kecil orang-orang banyak yg sayang dengan dia. Entah karena pembawaannya yg rada manja atau spontanitasnya yg bikin ketawa.

"Kito mamuta arah ka sinan pulangnyo yo!" aku mengajak. Si Sulung tak membantah. Tapi si Bungsu terlihat enggan. "Capek-capek jalannyo yo Yah. Awak lah nio sarapan" jawabnya memegang jasuke dan kue. Aroma makanan itu mengimbau-imbau untuk segera balik.

"Iyo. Awak jalan capek-vapek. Ayok!"

Kami pulang setelah pamit samo Amai penjual makanan. "Iyo. Iyo. Hati-hati yo. Iko nan bungsuko jadi anak Amai sajolah yo!" Amai menggoda. Si Bungsu tersenyum melengos dan memegang tanganku erat-erat.....

 

Alhamdulillah hari ini tiban rezki. Ponakan yg jaga toko barusan nelpon. Ada pesanan tambahan dari Gadut, Taram, Suliki dan Pangkalan. Dalam situasi ekonomi tak stabil, rezki itu terasa lebih nikmat. Bisa untuk menambah saving. Kalau sekedar kebutuhan hidup seharian alhamdulillah cukup sih!

Tapi senang hati ini, juga tak berlangsung lama. Sebab si Bungsu kulihat tiduran tak ceria. Saya khawatir ia tak enak badan. Demam.

Kuusap keningnya. Panas. Ya Tuhan. Cobaan paling berat bagi saya adalah jika anak-anak kena musibah. Sakit atau kecelakaan.

"Baa raso badan anak Ayah? Indak lamak? Damam?"

Ia diam saja. Membiarkan tanganku mengusap keningnya.  Hal pertama yg terlintas adalah obat-obatan pertolingan pertama. Parasetamol dan sejenisnya. Aduh Tuhan.....

 

"Ayo minum prasetamol ini..." saya suapi si Bungsu dg sendok. Ia duduk dan minum. Lalu kembali telungkup ke kasur. Panasnya masih. Bahkan punggungnya juga. Sungguh. Saya was-was...

Waktu balita dulu jika demam, diminumi bundanya obat lalu digendong seharian, paginya sudah reda. Setiap kali sakit ia akan memeluk bundanya. Kini apa yg dapat saya lakukan? Saya tau hubungan batin anak dan ibu itu tak tergantikan . Saya faham benar. Karena saya dulunya juga balita.  Ibu saya teramat sayang. Ia adalah ratu bagi saya. Jika ada teman yg mencoba menjelekkan ibu saya waktu berkelahi kecil dulu, saya akan melawannya habis-habisan. Sekalipun ia lebih besar. Sekalipun lengan dan kepalaku luka. Jangan coba-coba menghina ibu saya! Saya habisi kau!

 

Sudah zuhur panas badan si Bungsu tak reda. Makan nasi gulai ayam pun ia tak hendak. Saya cemas. Dan tak ada "tampek batenggang babagi raso" selain kami bertiga... Tuhan, bantu saya..

Habis shalat zuhur kami ke dokter praktek. Tak terlalu jauh. Lalu di Bungsu disuruh telentang. Dadanya ditempele  stetoskop. Doktet .mengerinyitkan kening. Mengaluhkannya ke perut.. Lalu memandang saya,"habis minum es yo? Atau kahujanan?" Saya memandang si Bungsu. Ia menunduk. Rasanya tak minum es dan kehujanan. Udanya yg menjawab,"jasuke. Sejak pagi kapatang!" Duh. Iya. Itu dicampur es. Dan tidak tau, es dibuat dimana...

"Indak baa do. Cuma jiko dipabiakan, tenggorokannyo bisa radang" kata dokter. Aku memelas pada Tuhan. Di dalam hati. Setelah ini akan aku jaga baik-baik makanannya.

"Lah pernah minum antibiotik? Ado alergi?"

"Sudah dulu dok. Tahun lalu. Gejala typus".

"Ok. Iko ambo agiah ubek tigo kali sahari. Dosis 250 mg sajo...jan diantikan sampai tigo hari"

"Iyo dok. Iyo!"

Kami pamit pulang. Dan tak menunggu tiga hari, besoknya si Bungsu kembali ceria. Saya menambah shalat sunat melihat ia kembali sehat...

 

Selesai shalat aku termangu. Ucapan dokter kemarin terngiang-ngiang. Menjelang pulang ke rumah dokter berkata,"kiniko sadang musim pancaroba pak. Angin kadang kancang. Suhu bafluktuasi. Sadang paneh tibo ujan. Jadi bapak samo ibu tolong jago bana anak-anak. Mainnyo. Makannyo. Emosionalnyo..."

Dokteeer dokter. Basangko ibunyo masih ado yo?

Ibunyo lah pai dokter. Kami tingga batigo sajo. Ah, Indak usahlah ambo caritokan ibunyo ka pak dokter . Manggali-gali luko sajo. Dulu kutiko awal bapisah, raso ka maludah ambo satiok takana inyo. Paneh ati ambo. Sakik. Padiah!!

Kini sajak lah bapisah alam, mulai taraso. Ado sesuatu nan lah nyo barikan ka ambo tapi mungkin dek latar belakang umua, kondisi, dll ambo kurang batarimokasih. Kadang lai tapikia dek ambo dokter, salah inyo tu salah ambo juo sabananyo. Ambolah pimpinan keluarga...

Ah sudahlah dokter, bialah nan lalu balalu....

Sudah hari ketiga. Sudah sembuh. Sudah sediakala. Walau obat tersisa dua kali minum. Buat siang dan malam nanti.

Kami sudah sarapan dan makan bersama lagi. Di meja makan dg tiga kursi. Satunya kosong. Yang di sisi dekat dapur....

"Ayah ado ide. Kito ziarah ka maqam bundo...." aku bicara setelah sarapan.

Si Bungsu terkejut. Ia langsung menatapku. Mungkin ia bertanya dalam hati, apa Ayah serius atau guyon?

Si Sulung juga. Tapj si Sulung selalu lebih pintar mengerem perasaan. Ia meneruskan menyuap terakhir. Pagi ini semua nasi goreng. No way jasuke dingin!

"Iyo. Kito doakan beliau bahagia bersamo Tuhan di alam sinan.."

Si Bungsu mendekat. Berpegang ke bahuku. Lalu pipiku ia cium....

Duh. Entahlah.

 

Sore di maqam bundo. Langit cahaya jingga. Angin berhenti bertiup. Kami tafakur bertiga. Di tanah yg sudah tua.

Saya tak tau apa yg difikirkan si Sulung. Juga tak menebak perasaan si Bungsu. Namun ada satu hal yg ingin saya bisikkan pada wanita yg merenggut hati saya ini dulu. Yakni bahwa saya adalah orang yg hidup makan asam garam ibukota. Kuliah dan mencari nafkah. Saya tau betul perangai banyak oramg. Yang seperti bersih di kampus tapi nakal di luar. Yg dipuji di sekolah namun bejat di rumah. Yang hebat di tv tapi maling di luar. Yang ikhlas banyak juga. Yang setia banyak juga. Namun yang brutal lebih banyak lagi. Itulah Jakarta. Dan saya ada di dalam denyut jantungnya. Melihat dg mata kepala setiap hari. Lalu kemudian, kita berjodoh. Manis. Berkecukupan. Dikaruniai anak dua. Tampan.

Segala latar belakang hidup dan pengalamanku, berhadapan denganmu di perahu kita. Mungkin karena ketakutan yg mendalam, aku membuatmu terpasung. Aku memiliki otoritas sesuai  ayat Quran. Dan engkau akhirnya pergi. Tak tahan. Aku lupa, aku juga manusia biasa. Tempat kekilafan.

Dan semuanya terjadi. Takdir kita berpisah. Anak-anak yg lugu lucu dan pintar ikut denganku kini.

Detik ini, tak ingin lagi aku bicara tentang salah siapa. Aku ingin  anak kita bahagia. Itu saja. Apa saya masih boleh meminta maaf?

"Ayah manangih?" Si Bungsu bertanya. Aku tersadar. Ah...


 

Friday, May 22, 2020

NISA, KITA ORANG BERDOSA


NISA,KITA ORANG BERDOSA
Masih ingat sms yang kau kirim tengah malam, setelah orangtuamu memarahi kita di kampung dulu? "Uda, kok yobona sayang, lai jantan, gungguang bao den tobang". Itu seperti sambaran petir, Nisa. Menantang kejantananku! Dalam umur kita masih muda, kususun baju dan celana ke dalam tas, seadanya, lalu besok paginya kutemui engkau di bawah pohon pelam. Di simpang tempat mobil berhenti. Bagai sepasang burung merpati, kita nekad terbang jauh. Sungguh, di kantong celanaku hanya ada duit seratusan ribu, upah membantu tukang membuat rumah. Aku tak bekerja tetap, dan itu mungkin salah satu alasan ibu bapak mu, menolak, selain kita masih muda, aku tamat STM dan engkau aliyah.
Masih ingat kita makan seadanya, di jalan. Naik mobil bus ke Bangko dan bermalam di penginapan murah Muarobungo.Nisa, kita orang berdosa!
Bsoknya pagi kita melanjutkan duduk berdesakan di bangku tembak bus ALS dekat pintu belakang. Kubiarkan kepalamu menyandar dan tertidur. Bau sampo di penginapan pagi tadi wangi. Lalu akupun terlelap, sampai akhirnya kita bangun di Lahat, saat bus berhenti makan siang. Orang-orang memandang kita dengan tatap aneh, atau entah apa, tapi kita menunduk saja. Kita makan nasi bungkus berdua di pelataran luar. Lalu akhirnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Katamu ke rumah pamanmu saja.
Ngeri sebenarnya aku ketika kita melangkah ke halaman rumah pamanmu yang sudah lama di Jakarta. Akan kena marah lagi, mungkin. Tapi kita sudah sampai di titik pasrah. "Mak, kami minta dibantu kehalalan hubungan, dan tempat berteduh beberapa hari,.." itu kalimat yang aku siapkan waktu engkau mengetuk pintu. Kulihat engkaupun ragu, sebab istri pamanmu bukan orang kampung kita, dan jarang pulang juga.
Syukurlah setelah tatapan tajam pamanmu, ia memilih memfasilitasi. kita nikah seadanya, dan aku dicarikan kerja di bengkel motor teman pamanmu. Bukan beberapa hari, malah beberapa bulan, kita memulai hidup di Jakarta, menumpang di kamar dekat dapur, di samping kandang kucing tantemu, yang bulunya panjang dan kakinya pendek.
Kita kemudian pindah ke kamar kotrakan yang sempit. Lalu Anne dan Afif lahr. Untunglah engkau tak minta hidup yang mewah. Mau hidup sederhana. Makan tahu tempe, serta teri kacang goreng. Hampir setiap hari. dan aku, meminta bosku untuk menyimpankan duit gaji, agar tak habis setiap bulan. Aku ingin beli sepeda motor sesungguhnya, ketika anak kita yang bungsu sakit. Aku memacu motor bengkel pulang ke kontrakan, dan tak disangka bertabrakan dengan motor lain. Aku dibawa ke rumah sakit. Afif demam. Engkaupun sedang hamil muda. Waktu itu, Nisa, ingin rasanya aku menampar mukaku sendiri, kenapa nasib begini. Dan berjanji jika suatu saat ini semua selesai, kuberi engkau hadiah. Dengan tertatih engkau menggendong Afif dan menungguiku dibangsal kelas ekonomi. Ludes tabungan, dan kalungmu.
Waktu berlalu. Syukur Afif cepat sembuh dan aku bekerja lagi. Dengan lebih hati-hati, kita menanbung lagi. Kukerjakan perbaikan di bengkel sampai akhir waktu setiap hari, supaya bos sayang dan simpati. Lalu kita akhirnya mengambil rumah rss di pinggir kota. jauh, jauh sekali. Aku terpaksa tigakali naik kendraan dan KRL untuk ke bangkel. tapi kita melalui dengan tabah. Engkau bahkan bertransformasi jadi ibu penjual kue dan donat setiap pagi. Anak-anak, yang kini jadi tiga orang, alhmadulillah tumbuh normal.
Setelah beberapa tahun, aku ingat, pulang lebih cepat dengan membawa motor revo yang rada baru. Engkau kaget, dan wajahmu surprise. "Uda beli motor?" tanyamu. Aku mengangguk. dan engkau berlinang air mata. "Alhamdulillah bisa ngantar Anne dan Afif sekolah,..." ucapmu menunduk. Aku merasa kembali menjadi'orang'.
Sudah lebih tujuh belas tahun, rumah kita malah sudah bertambah kamarnya di samping. Direhab sederhana. Untuk kamar anak. Dan scoopy yang berjasa ini, masih setia menemani. Malam tahun baru 2020 kemarin, ibu dan bapakmu menelpon dari kampung, "Yobona indak kapulang-pulang kalian tu? Kami mintak mooh, kami iyo taragak jo cucu..." kata ibumu. Aku menggigit bibir. Pedih luka diomeli sebelum 'lari' dulu masih terngiang. Tapi desakan insting fitrah, sebagai anak, ingin berbakti juga besar. Silatrurahmi itu kebutuhan, bukan klise.
Dan kita mulai berniat pulang. Sebentar saja. Sekedar sujud di kaki ibu dan bapak serta saudara-saudara, lalu kembali terbang ke Jakarta. Itu planning yang kita buat....
Nyatanya planning itu hilang terbawa angin dari Wuhan. Kenyataan Februari, Maret dan April, membuat kita membatalkan untuk pulang. Aku sadar, hatimu, Nisa, sangat ingin untuk menangis di pangkuan ibu dan bapak. Tapi, engkau sadar, ini bukan kehendak kita. Nisa, kita orang berdosa. Mungkin ini salah satu kenyataan yang harus kita tanggung dengan tabah. Biarlah takbir hari Idilfitri, kita biarkan bergema, tanpa menutup telinga. Bukankah tawa anak-anak cukup mengobati kalbu yang lara?
Nisa, kita orang berdosa,...

"Uda taragak babuko jo apo biko?" tanyamu. He, bukankah seperti tiap puasa, aku memakan apapun yang engkau buat masakan? Apa yang anak-anak kita senangi, akupun suka. Tapi mungkin engkau, Nisa, sedang terombang perasaan, jadi kujawab sekenanya,"Taragak wak jo lopek kucuang..."
Lalu engkau membuat lepat itu. Dengan beras halus dan gula aren harum berdaun pandan. Ukurannya, jumbo. Dulu di kampuang, ibuku sekali-sekali memasak ini, dan kami rebutan setelah ibu memotong-motongnya. Enak dan lembut. Daun pisang ambon berbatang pendek sudut halaman, menjadi bungkusnya. Pisang itu kita tanam sudah lama, hampir sejak pertama kita pindah ke perumahan sederhana ini. Setiap kita tebang, anaknya selalu tumbuh. Tak lebih satu setengah meter, ia sudah berbuah pula. Setandan kkadang sampai sembilan sisir. Dan sudah banyak orang menikmatinya. Mulai dari tetangga, teman pengajian ibu-ibu, teman Anne dan Afif, bahkan jika anak pamanmu datang dengan mobil mengkilapnya di hari minggu, kita tebang segera, untuk mereka bawa dua-tiga sisir. Dulu aku khawatir, jika Turny, sepupumu itu datang, engkau akan minder rendah diri. Sebab ia akan segera berjalan keliling rumah, dan mulutnya dengan cepat menyemburkan kalimat, bagian mana yang segera harus kita rehab, perabot apa yang mesti dibeli atau daster warna apa yang sekarang sedang favorit. Engkau tegar. tak terpengaruh. Aku bangga itu, Nisa. Bahkan ketika ibu gendut belakang kita, yang rumahnya bertingkat menawarimu membantu mencuci di rumahnya, engkau tolak. Menemani anak-anak di rumah lebih utama, walau makan seadanya. Momen itulah yang memicumu menjadi penjual kue lemper, nagasari dan donat, lalu menabung, lkemudian dengan sedikit tambahan, kita bisa beli televisi.
Ya, di ruang tengah yang taklebar, kita malam ini, karena tak lagi tarawih, terhampar bersama ketiga anak di kasur lihab tipis. Berteman bantal guling. Tidur setelah tadi menghabiskan lopek-kucuang nan sedap. Ternyata Anne, Afif dan Arin semuanya senang lopek ini. Sisa bungkusnya kini tertumpuk di plastik asoy sampah dekat dapur. Ludes!
Walau tak lagi shalat tarawih, aku masih shalat sunat, Nisa. Sementara kalian sudah mendengkur. Aku lihat empat pasang kaki berjejer depan tivi. Arin bahkan masih engkau peluk, dalam irama kipas angin kita yang mulai tua. Wuuuusss....ke kiri, wuuuuus...ke kanan.
Shalat sunat tobat, shalat sunat syukur, dan shalat sunat yang entah apa namanya, untuk mendekatkan diri pada Tuhan kita. Dalam hembusan nafas shalat itulah, dada terasa lapang. Di helaan udara masuk ke sudut paru-paru itulah, otak terasa tenang.
Engkau Nisa, kupandang dengan perasaan iba. Aku mungkin tak sehebat lelaki lain dalam memberi nafkah harta, namun engkau Nisa, menerima semua ini. Terimakasih ya Nisa, terimaksih wahai istri yang menemani hidupku dalam segala suka dan duka.
Nisa , kita orang berdosa, tapi boleh aku cium keningmu dan pipi anak-anak kita dalam tidur lelapmu?
Besok lusa, jika keadaan berubah, kita tapaki hidup lebih baik. Bagaimanapun, kita tetap kan pulang. Kita lebur sekat kemarahan belasan tahun lalu dengan menundukkan kepala dan mencium tangan bapak ibumu.
Nisa, sudah ya. Akupun ikut tidur di sela anak-anak, di hantar gema takbir Idilfitri.

Sunday, May 17, 2020

Telatah Mak Etek Idah

TELATAH MAK ETEK IDAH

TELATAH MAK ETEK IDAH
"Lah puku bagha aghi keah Mai, apak kau lun juo pulang lai?"
"Kok lomak ota apak garan Mak..."
"Bantieng lun bakaluea an lai. Palopah potang lah abih... Kau, puku bagha masuak sikola?"
"Puku sangah saboleh biko Mak. Lai sompat juo den main ka umah Era bontea geah!"
"Lalu lah ka lobuah bontea, imbau apak kau reah. Cik bantieng lah bamasuak-an nyak ka dalam kaghuang. Kok iyo ka sawah juo. Kok indak, loloklah pek pajak reah!
***
‎"Main ka umah Era bontea Mak."
"Lah lewat puku sambilan! Biko talambek kau sikola!"
"Indak. Bontea! Kami samo poi biko..."
"Nan indak baghonti bamain! Buku kau lai- lah, nan kadisiap-an. Kok ado PR bagai?!"
"Indak. Ndak ado PR do. Bontea.."
"Soman bona jo Apak eah! Pamaleh allohurabbi!"
...
"Hek hem!! Ba dek basobuk-sobuk pulo den?"
"Ha, lah pulang tuan?! Tu cik bantieng dalam kaghuang! Gilingan dalam kandang juo baghu! Bantieng lah malonguah-longuah jak cako, lun kaluea!"
"Idaah, Idah! Lai ka den kojoan! Jan banyak caco jeah kau! Banyak bona muncuang kau meah..."

***
‎"Dah! Idaaah! Ba dek manggeleng-geleang roda giliangan geah? Nyak kaghuang boghek bona nan ka ba bao!"
"E, Jimun nan manyolang potang, nyo mambao kambie daghi baghuah!"
"Lah pekok jalan eah! Jo aalah ka di sompa sumbu e keah?!"
"Tu meah kayu pek bawah kopuak ilie. Mintak malah gak sakoghek baiak!"
"Kinyak-an lah ladieng reah! Dipelok-i bontea!"
"Ko ha! Pek kapalo jonjang!"

***

Mak Etek lah maenggong-enggong arah ka tobieng. Kaghuang cik bantieng pek ateh giliengan. Bantieng godang bajaln pek muko. tali eah bapogangan daghi lakang. Wih! Sck-ck-ck!!
Ha, disapo Uwo Imah pek topi jalan kampuang;
"Ka baghuah ang? "
"Iyo. Ten sawah nan basiang kalammaghi, diseghak-an cik bantieng setek!"
"Bantieng keah ka ba tambek-an pek ma geah?"
"Pek pulau! Ka ma Uwo keah?"
"Ndak eah. Weh, ka tobieng mudiek ten lalu an bantiang ang muah! Ghuntuah tobieng!"
"Iyo. Kiun ajo den lalu toruh nyeah!"
"Pamatang sawah bagai lah abih dek bantieng!"
"Tu ndak bantieng den tio te reah! Bantieng Ijok Kalene meah!"
"Yo, kok bantieng ca nyeah lah. Ka pamatang godang ten laluan bantieng reah!"
"Iyo, iyo! Jan banyak caco jeah Uwo lai! Sadangkan bantieng den nan indak baraka, lai ontok ajo e nyeh!"

***

Lah batambek-an bantieng ka topi sinama, lah balopehan aie pambuluah sawah; diserak-an cik bantieng korieng geah rato-rato ka tunggua umpun padi yo ndak. One, paneh eah aghi lai! Di duduak-an lah setek, pek pamatang ten dulu dih. Manduduk lah gak sabatang dulu. E, tapi, manduduk geah nan dotor kotu mangaji pek masojik, indak ancak do; sakik paru-paru wak dek nyo; huk-huk-huk! sakik pulo dompet kopek kampie dek eah! Sssssspppp...huuuuuu......stk,
stk! (dijontiek-an abu e geah ka ateh umpuk pamatang tuan!)
"Woiii! mak Etek! Lah sudah? Nun kawah lah lai!" Kumi Pekok takah eah pek sawah bolah ilie ten, manjou..... Mak Etek golak sengeang. 
"Kaniaklah ang! Lai duo batang lai GP nyak ah!"
"Lopek kucuang lai ado ndak?"
"Kucuang ajolah lopek ang reah soghang!"

***

Yo lomak duduak topi pamatang ko ieh. Angin lai pulo barombuh. Heeeeh...lah. Ancak nampak bukik Andieng ten lai! Di isoklah gak sairuk lai. Ssssssppp,...hhhhhh.....ndeh, loweh eah dunie keah lai.
Astaghfirullah! Pancik-an!! Ba salimbado pek pamatang geah? Ndeh, sakik eah lai! Jan den sobuk-an pulo, bolah ma nan digigik lai! Mbiek-olahlah!!!

"Manga reah Mak etek? Moncak-moncak?"
"Jan banyak tanyo jeah ang! Nyak salimbado gak nye ah!"
"Ha ha ha, nyo bakaduduk-i, tontu iyo! Agiehlah GP reah gak saombuh!"
"Muncuang ang reah nan ka den agieh nan ancak! Ndeh, podieh eah lai!"
"Ha ha ha....."
"Golak ang, Pekok!! Den sompa oghang ang reah jo lunau nyak geah!!"

***

Ha, lah nampak Tek Idah ten ha. Manjujuang pinunkawah! Iyo inyo gak nyo tu. Joleh bona lenggak-lenggok langkah eah. Khas! Lai ka barisi juo golang-golang manjlang talu-u ko gak nyo, yo ndak?

"Lah abih pupuak tuan?" Tek Idah lah tibo pek pamatang sawah.
"Olah. A nan kau bao reah?"
"Ncu Una datang paningga tuan ka baghuah cako. mambao silomak jo bogheh. Pisang batu sa sikek."
"Eh, ba pulo ajak e reah?"
"Anak Mak Sati kan ka bajadi jo ughang Kubang belok muko. Manjalang malah inyo cako, ka awak..."
"Soki deen namo ereah ieh?"
"Soki awak. Tuan ajo nan ka ma abihan silomak ko tu?"
"he he he, iyo malah. Ha, bukaklah kain panungkuh e reah!. lah ba bunyi-bunyi kampuang tongah nyak!"
"Sobea tuan. jadih. Bantieng pek ma tuan tambek-an?"
"Hah?

****

Mak Etek malengong ka topi sinama. Indak nampak bantieng cako lai! Hep, ba pulo ajak e ko? Ka ma poi eah? Tu iyo bakoruk konyieng Mak Etek dek nyo tu. Ndak jadi ba awai silomak do! Balari ajo Mak Etek lansuang ka topi sinama..... Kok lah di elo ughang bantieng ka baliek eten, iyo indak kojo namo e ko do! Iyo abih piti jo pokok pangka bagai ko! Tapaso ba catuak urang nan mairik tu jo ladieng Undad nyak nan ka iyo ieh?!

Lah sosak ongok , ..pungguang bantieng lah mancagua pek bawah tobieng sinama! eee,.,..lah turun 'al baqarah' ko ka topi aie tu? Auh kau? Indak batenggang den lah ajak ka putuh jantuang nyampang kau ilang!!! "Wih,...wih...ka niak! Ck-ck ck! Naiek!!!"


***

Lomak pulo makan silomak jo pisang batu sasudah sportjantuang dek karano bantieng ko ieh? Comeh-comeh...sudah tu di isi jo pisang batu! Ko pasti pisang batu indak baboli di pokan ko do; yobona boneh! Kok nan ba boli di pokan; gak tempuh, kurang pulo manyih eah. Yo sodap masuak nyo ka dalam poruk,...ha, di tingkah lah jo silomak ko sketek! Lai anguh-anguh tangguang daun panungkuh nyo. Minyaknyo bakilek-kilek! Orun pulo....ba agieh pandan marobuh nyo mungkin yo? Glk...glk...glk! Wuhhaaaaa....... Ma paisok cako? Lai juo sabatang lai kan? 

"Lah poi Imai sikola?"
"Olah. Samo jo Era..."
"Belok muko, lah ka mambaie SPP pulo wak reah. Bulan baru..."
"Ho-oh. Piti sadang sayuk Tuan. Kambie nan bajua belok nan lalu, lah abih piti eah pamboli ikan baguak jo lado garam."
"Dicari pulo aka biko! Kadang-kadang, sadang tasopik, ado ajo rasoki."
"Nyo mintak soto pulo les kursus. Tigo kali sabelok, nyinyo. Tambah pulo piti e reah!"
"Pek ma les reah?"
"Pek umah guru nyo. Kawannyo lah daulu, ontah tujuah ontah salapan."
"Tambah lamo, tambah sorik piti takah eah ieh."
"Ontahlah tuan. Nan joleh wak ba usao ajo..."
"Pisang Aie bu Sidea lah tutuak duo sikek nampak den den kamuah dek ma asak bantieng. Tu ha, pek topi bondea. Di tobang lah katio?"
"Lai ndak ka baa dek inyo reah?"
"Ndak baa tio treah. Sadangkan umpuk pek porak reah lai disuruah sabik eah. Ca nan ka etongan pisang reah. Anak eah lah bi poi marantau sadonyo. Ditobang ajo dulu, biko dikecek-an ka pak etek Misur pek masojik...dari pado dimakan kalilawea!"
"Baa nyan tuan lah!

***

Sadang lomak mamupuah silomak jo pisang batu, tangoran azan dari masojik. Oiiih, lah; ,,,,tibo pulo kotu luhua. "Mintak aie kau reah sacangkie!"
"Cangkie ma pulo dek tuan ko, tuyuangan ajolah muncuang cerek reah ka orang tuan!"
Glk...gk...glk...husss....pueh
! Diansua lah togak yo ndak? 
"Ka sambayang pek nsojik tuan,..?"
"Ndak talakik lai ko; di dangau sambayang pek luak ten ajolah... Nyak badan bakubang juo baru!"
"Dulu lah tuan kateh, Imai jo uda eah baliek pulo sikola biko. Den ka manyawek piambang gak sakibang untuak dibao kateh nyeagak!"
"Jadih malah. Piapi den cako ma pulo talotak-an?"
"Tu tuan pogangan....."
"Astaghfirullah, lah palupo bona wak!. Ka luak den dulu. ...Oiiih, Pekok, olah reah! Lah pucek oman ang nampak dari pek niak! Katehlah makan!"
"Dulu lah mak Etek! Tangguang!!!"

Ditobang pisang aie bu Sidea, di barasiehan tunggua eah. Diansua poi ka luak. 

Dikelok-an lah lalu ka umah bu Sidea nan rancak. Dikatokan ka inyo, pisang di porak pulau lah ba tobang. Roda giliangan lah enggak-enggok ba bunyi-bunyi. tapi boban nyo lai indak borek ajak pagi cako lai do. Bantieng lah maikua-ikua pulo di balakang; poruknyo lah konyang! Ngoooooohhh....,..ha malonguah nyo!

"Assalamu'alaikum. O bu!"
"Alaikumsalam, nyak den pek dapua! Nanti bontea..."
"Sadang manga bu? Batanak?"
"Eee, a-ang...daghi ma geah,...mambao giliengan jo bantieng?"
"Den dari baruah. Mamupuak padi den cako. Lalu ka pulau bagai manambek-an bantieng. Nampak pisang ibu dek den lah masak di ateh, tutuak duo sikek. Ko ha, lah batobang!"
"Eee,...bao ajolah dek anak ang. Agiehan ka Imai.....mokasih bona den , lai omuah ang manobang.."
"Yo, comeh wak, kok kalilawea pulo nan basoki biko lai.."
"Iyo. Baolah. Makan jo Idah, jo anak-anak ang."
"Kambie bu bagai den pandangi cako, lah tigo tandan nan masak. lai ka bajua?"
"Kok lai omuah ang maambiek, kubaklah kulik eah sakali, piti nyo sajo antea ka iko dek ang.."
"Limo ribu sa tanjua,...ba dek ibu reah?"
"Bagha ka ang boli lah. Den lah payah bajalan ka pulau reah. Tolong ajo lah dek ang!"
"Jadih malah. Komih sonjo, den antea an piti eah kaiko. Den pulang lai..."

***

Sadang lolok-lolok ayam Mak Etek pek lapiek ruang tongah, tangoran langkah kaki Tek Idah pek laman. Lah tibo amak-paja ko takahnyo dari baruah. Toruh arah ka lakang gaknyo, ka tobek. E, iyo ieh; nyo kan ka mambao piambang nyinyo cako. Ditengoklah sabontea ka tobek lakang umah reah. Ha, lah tangoran piambang balawuk-an ka dalam tobek! Srau!

"Olah mangku godang kalua wak takah e meah Dah!" Mak Etek lah tibo pek pintu.
"Godang copak eah tuan!"
"Tu lah badaguak ha...katuju bona dek nyo piambang ko."
"Dek lah lamo indak ba agieh makan piambang mungkin ndak?"
"Dicubo manyewek eah gak cikua baa nyo? Ka dimakan malam. Anak urang ko, kan katuju bona jo ikan?"
"Anak urang ko atau tuan bagai?"

***

Mak Etek manariek tangguak nan tasangkuk pek lakang pintu dapua. Dirubunyo tobek dari topi bolah ken sampai ka iko. Tek Idah tagolak sengeang,"Jak itu tuan manyewek, yo ndak ka dapek tu do!"
"Tonang ajo lah kau, ko lah taraso manyingguang pek ujuang tangguak ha!"
"Cubo deen Tuan! Di sauak-an ka bawah kuruangan ten!"
"Eee,...malin kunyieng nan masuak ka tangguak nyak biko!"
"He he he,....."
"Hep! Ha , dapek! Lai gak godang!"
Eja , anak nan tuo, tibo dari sikola. "Assalamu'alaikum."
"Alaikumsalam, ha lah tibo ang?"
"Olah. Manyokou ikan mak?"
"Cokau gak sikua, nan ka dimakan malam...."
"Cubo an den manyokau pak?"
"Eeee,..jan maampieng pulo ang kaniak lai, kumuah baju putieh tu biko."
'Indak. Cubo an den nyokau gak ciek!"
"Nan lah dicokau apak ang tu lah, angkek-an cirik eah! Gonti baju dulu kateh rumah ten!"
Eja lah tibo jo baju kaus oblong. Rono eah lah bakadak. Ontah putieh, ontah kunyieng, ontah coklat. Katiak eah lah cabiek pulo. Nyo mambao ladieng ka mambarasiehan cirik ikan. 
"Bisuak mintak piti tigopuluah ribu pak!"
"Ka pulo dek ang piti tigopuluah ribu?"
"Kato guru, untuak mambuek kartu pelajar elektronik. Lansuang bafoto, lansuang kalua kartunyo."
"Tu tapaso indak manduduk den tigo hari tu nak!"
Tek Idah menyela,..."Jan ka tigo hari, tigopuluah tahun tuan indak marokok, sonang bona ati den!"
Ha, rasailah!

***

Ndak siagak copak Eja jo Imai makan malam do, yobona bapacu-pacu suok ka paruah. Dek ikan kalua ba lado mudo ko gak nyo ieh.....
"Da Eja makan ikan godang bona Mak!" Imai mangadu ka Idah.
"A pulo nan godang?! Ko tulang kapalonyo ko mah!" Eja mambunguk.
"Indak ba kalimek Uda do Mak.."
"Kau tu nan indak ba kalimek! Kau lah bara irih sajak cako?" Eja songik. Tulang pipih ikan kalua di engguk-annyo jo gigih bolah suok! Kratak! Krak!
"Olah, jan bacaran pulo. Makan ajo sado nan ado ko. Isuak kok lai basoki, digoreang pulo baliek!" Tek Idak mangatongahi. Mak Etek lah sibuk pulo jo dagieng bolah ka pungguang ikan nyak. Nyam-nyam-nyam...! Nde, iyo lain pulo raso eah ieh?
Lah tabudua poruk, lah taungguak tulang. Lah taparangah! 
"Kok sobok jo Alen pek pincuran bisuak pagi, katoan kinyo, apak eah suruah maambiek karambie dih Dah!" mak Etek maiduk-an okok.
"Kok indak boruak apak Alen reah, boruak pak Ajih bagai kan ndak baa juo tu do..." jawek Tek Idah. Nyo lah malimpik-limpik-an pinggan ka dibasuah. Pisang batu tutuak, lai juo duo binjek lai kan?
***

Sambie mancopak-copak pisang batu, Eja lah duduak pulo pek lapiek manonton tipi, jo apak nyo. Tipi ketek, lah buruak. Kadang-kadang, basomuk gambar nyo. Tapi, untuak maibur-ibur iduk nan indak 'ringan' ko, lah jadi juolah. 
"Ang kok ado PR, kojoan lah..." Mak Etek maingek-an Eja. Pek layar tipi; Iis dahlia lah malenggok-lenggok ajak daun karambie diombuh angin. Suaro eah, iyo lai omuah pleh.
"Indak ado PR do pak. Olah raga bisuak. "
"PR ang malam potang, lah bapareso cako tu?"
"Olah. Salah ciek. Numur tarakhir. Lai dapek ponten sambilan puluah!"
"Anak Cana bolah ilie, nan juara kwartal lopeh, baa?"
"Nyo saratuh toruh nilai eah pak. Utak eah encer. Semster nan lopeh pak, indak kuartal kami lai do. "
"Ndak bisa ang jak itu tu?"
"Baraja ajo kojo e nyo. Ka jadi propesor eah mungkin suak! Ma lo taturuk-an dek awak."
"Sakali-sakali, kalahan inyo!"
"Ma lo mungkin! Anak padusi geah rajin. Rajin, serius. Kalau disolang PR nyo, cikik!"
Imai lah tibo pulo kiun, sudah manolong tek Idah mambasuah pinggan. Lah soto pulo eah manjawek,"anak jantan cikik pulo nyo Pak. Bola kasti dipakainyo, wak mintak, digodohannyo jauah-jauah!"
Ha, samo-samo cikik berarti tu kan?

***


Imai lah soto pulo nonton, sambie manjalea pek lapiek. Tek Idah masih di sumua, mungkin sadang ma ambiek uluak ka sambayang Ica. 
"Lah baraja kau Mai..." Mak Etek batanyo.
"Iyo pak, biko, bontea lai..." jawek Imel.
"Poilah baraja dulu,...manamieng pulo kau kaiko!" Eja soto pulo manyuruah ka Imai.
"Uda tu? Inyo indak baraja, nyuruh-nyuruah pulo!"
"Den olah raga bisuak. Ensuk kau ken stek ha! Baun kau, bau ikan kalua muncuang kau!"
"Uda nan busuak! Uda baun ciik urang gilo!"
Eja paneh. Disikuan nyo Imai. Imai malawan, ditulak-an nyo Eja.
"Eeeeh, ...ba pulo ajak e reah. Nonton ajolah samo-samo!" Mak Etek indak lomak ati.
"Uda nan mandului pak!" Imai mambela diri.
"Imai keah mada pak!" Eja mambaleh.

"Lah bagoluk pulo. ...? Nan indak baronti siang malam!" Tek Idah tibo dari dapua. Imai ontok.. Eja bitu pulo. 
Satangah jam sudah itu, Imai lah bakoruah. Kroooooohh....kroooohhh..... 
Eja lah disuruah sambayang dek Apak nyo; sudah tu lah bi lolok. Bismikallahumma ahyaa wa amuuut....

***
Pagi-pagi Tek Idah lah jago. Lah iduk api pek dapua. Lah manyalo daun manggea. Sabuk jo andayang kambie, lah sirah pek bawah pariuak. Aie angek lah tasadio. Eja lah mandi, lah mangonak-an baju ka sikola. Imai nan olun jago juo,...dek masuak tongah hari gak nyo. Mancilebeh juo aie liua barih lai..ten pek kasua amak eah. Baun eah iyo spesifik bona!
"Ba dek olun barangkek? Baputea-putea juo?" Eja ditanyo amak nyo.
Eja manunduak ajo. Piti pambaie kartu pelajar...Tigopuluah ribu!
"Nggg...nggg...piti untuak kartu pelajar ...." Eja agak ragu manyobuk. Hep! Iyo ieh? Diagiehan ajolah dulu piti pek dalam kopek buruak nyak,...biko dicari pulo aka, kok indak lamo duduk pek pajak, indak malah!
"Ko ah. Elok-elok jan ilang pulo pek jalan!" Mak Etek maagieh tigopuluah ribu. 
Eja lansuang bajalan. Ndak siagak enggak e reah. Sigo obuak eah, bajuntai. Ndeh tuan!
Mak Etek lah bakareta pulo ka lobuah. Duduak pajak! Nyo lain pulo lomak ota pek pajak ko. Putuh sado permasalahan. Mulai dari sikap SBY nan hati-hati, sampai ka mantan pejabat nban terlibat korupsi. Dari Obama pek New York, sampai ka Oncu Sima di Jorok. Kurs valuta asing lah indak pulo tingga. Samakin rami nan datang, samakin angek pembahasan. Biko, kok lah tinggih hari. diskusi reah lah sudah ajo sorang. Ontah ado kasimpulannyo, ontah indak! Nan joleh lah samo-samo mampatunjuak-kan analisis sorang-sorang! Yo hebat urang pek kampuang awak ieh....

***









<p> </p> <p>Baliek dari pajak, Mak Etek lah bairieng-irieng jo Ajih ka dalam porak. A pulo lai, kalau indak ma ambiek kambie. Boruak Ajih, kok sadang godang bona panggua nyo, lai koncang juo panjek eah. Sakali engguk tali boruak reah dek Ajih, lah mangaroti boruak, ma batang nan ka dipanjek. Lansuang ajo boruak ko manintieng kateh. Tibo di tongah batang karambie, baronti nyo sabontea. Mungkin borek panggua nyo gak eh yo ndak... "Hah! Jan baulo-ulo juo! Toruh! Naiek!!" Ajih manyentak tali. Boruak manengok ka bawah. Sudahtu, nyo ma ansua manjek sampai ka bawah palopah. Sakali lompek, lah tibo inyo di ateh tandan nan masak. "Iyo! Itu!! Ambiek!!!" Ajih mamarentah. Baruak mamandang baliek ka Ajih. "Iyo!!!" ...."Ambiek!!!" Ajih manyogah. Boruak mulai bakojo. Kambie masak nan palieng dokek ka tangannyo diputeanyo, sakali, duo kali, tigo kali! Krek! Putuh. "Srak...bum!" kambie taompeh tibo pek ateh umpuk porak. Ajih manyentak tali. "Toruh! " Baruak bamonuang sabontea. Ajih manyosak. "Hah! jan monuang juo! Hah!" Boruak mamutea kambie nan bolah kida. "Krasak, tum!" Jatuah ka bawah, Mangguliek-guliek. Mak Etek lah mulai mangumpua an nan talungguak. Sapuluah kaluea ciek! Sambilan dek Mak Etek, ciek dek Ajih. Dek boruak, nasi ajo biko dalam tampuruang sayak. ....</p> Bitu pulo hebat nyo urang di kampuang awak. Kok komunikasi jo buruang katitiran, jo kucieng, jo anjieng, jo sapi, tu lah biaso dek urang. Dimano-mano. tapi kok komunikasi jo boruak, ha iyo pek mudiek ko kok ka baguru! "Hah! Ciek lai! Putea!"


***

Iyuh Kalentang yobona indak ado ba pamatang sawah dek inyo kalau mangecek do. Dilotoinyo ajo urang sado nyo. Godang pangka lidah! Nan tuo nan ketek di pa 'ang' eah ajo. Dek inyo ajak itu, urang lak maklum pulo sadonyo. Indak pulo bongih wak kinyo lai. Nan khusus dek Iyu Kalentang, baju kaus eah, itu ka itu ajo tiok siang. Baju kaus kumal ba gambar baterai ABC pek lakang nyo. ABC no 1, nyeh! Ontah satangah lusin baju kaus ABC e reah, ontah baalah, dek baju itu ajo toruh tiok basobok. Ko, kini, lah lalu pulo eah pek adok-an umah Mak Etek, jo Yamaha bebek tahun 90; kerenteng-keretenteng..teng..t
eng..teng! Asok-eah, mangopua-ngopua!
Dek nampak Mak Etek sadang mangubak sabuk kambie di laman, jo uriek, nyo lah ba caco. "Weh, laki Idah! Elok-elok ang maontak-an uriek reah! Konai nan bolah kateh reah biko! ha ha ha..." nyinyo, sambie golak-golak arah ka jalan kampuang ten. Mak Etek lah biaso pulo jo garh kudoh reah.
"Pah-qoh dek ang! Kontuk Angek! Den umban kuduak ang reah jo kambie masak nyak kelai!!!"
"Ha..ha ..ha..." Krententeng..kretenteng..teng.
.teng..teng..
***

Tek Idah turun dari jonjang. Toruh ka ampieng Mak Etek. Sabuk nan taungguak reah nan kaditariek, yo ndak? Ancak bona untuak paiduk-an api pek tungku, reah. 
"Iyuh nan lalu kamuah Tuan?" Tek Idah batanyo ka Mak Etek sambie malungguak-an sabuk ka tangan nyo.
"Ho-oh. Ca pulo lai, paja godang - orang reah!"
"Sabontea lai, gulai den lah masak, kok ka sambayang tuan dulu, makan bagai. Kambie nan pek pulau, sudah taluhua ajolah biko dikumpua-an."
"Iyo. Kok tibo Eja bontea lai dari mahsikola, samomakan ajolah wak. Gulai aa kau buek?"
"Batang taleh kamumu, masuak-an ikan baguak nan boli Sotu potang saparo."
"Ha, patuk dek orun bona baun e ieh. Kombang liang iduang den.."
"Asam balimbieng Kak Emi den mintak cako saketek, daun limau puruk lai pulo."


***
‎"Lamo takah eah Eja baliek Tuan,...makanlah awak dulu. Imai mungkin lah tibo bontea lai."
"Kama pulo paja ko? Cako lah mintak piti tigo puluah!"
"Tu untuak pambaie kartu palajar nyinyo. Kok singgah pulo ka umah kawan eah dulu, baraja PR bagai. "
"Jadih malah kok bitu, yo lah manggarik-garik golang-golang den raso eah. Angek juo gulai kau lai? Barasok-rasok.."
"Lah tuan pindahan ka pinggan tu biko, dingin sorang ajo nyo lai tu. "
"Ko nasi boreh eler nan boli ari Komih nan dulu ko?"
"Ho=oh. Lai tingga juo gak duo kali batanak. Ari Jumat mungkin lah abih pulo gaknyo. Kok lai laku karambie reah bisuak pek pokan, laluan lah sakali boreh gak satangah buntie."
"Jadih malah. Nyampang balobieh, diboli karupuak ubi loweh ajak nan Komih dulu baliek. Lomak taraso dek den."
***
"Assalamu'alaikum!"
"Kumsalam, ha, lah baliek kau? Makanlah sakali, samo jo apak kau nyak!"
"Lotak-an lah tas kau reah dulu. Eeee, ba dek kumuah bona baju kau reah?"
"Main pikau-pikuan cako , balobuak!"
"Kan lah kodok den kecek-an; pagunoan mato kau tuuu... tapi mada!"
"Gulai ikan jo kamumu mak?"
"Ho-oh."
"Tu iyo sodap reah. Imai lah litak bona!"
***

Sudah makan Mak Etek lah toruh ka porak pulau. Kambie bu Sidea nan ka di ambiek gak duo tigo batang lai. Dapek pulo tigo atau ompek tanjua, kan lah banyak reah?
Alhamdulillah, tumah lai talungguak sapuluah tanjua pek topi lobuah, pagi Komih. Indak ka pajak Mak Etek pagi Komih do, maurus kambie nyak! Rasoki, kok lai titiek dari ateh sahari nangko!

"SPP den lun ba baie lai Mak! Piti LKS IPA limo ribu lai" Eja mangecek njalang ka barangkek sikola.
"Imai iyo pulo Mak!" Imai soto pulo manyelo.
"Tengoklah piti dalam dompet Amak, kok lai cukuk, baolah dulu. Biko kok lai ado soki apakkalian pek pokan!" Tek Idah manjawek dari sumua.
Eja lansuang mamareso dompet amak nyo. Nde, a pulo nan ka cukuk! Sapuluh ribu piti amak e nyeah!
Mak Etek, lah tatogak ajo ampieng pintu, nengok Eja mintak piti. Kadang-kadang, ..........payah taraso iduk ke ieh?
Nengok oman Eja lah lindok ajo, indak cukuk piti amak eah; Mak Etek mausul,"Kok bisuak di baie ba nyeah? Talambek sahari dari tanggal sapuluah kan kok lai indak ka baa dek guru ang?". Eja ontok ajo. Nyo lah ma ansua jalan ka laman, poi sikola..... Mak Etek indak sampai ati sabonea eah do, tapi a lah nan ka di sobuk? Sobea Yuang oi, dijua kambie pek pokan dulu biko nak,.....

***

Lai agak sojuak ati Mak Etek pulang dari pokan. Ba pulo ka indak? Laku karambie! Lai agak toba isi dompet! Tabaie nan ketek-ketek nye ang! Bitu pulo Tuhan ke ieh,...dalam tasompik tibo lapang! SPP paja ko, jo piti LKS IPA, lansai!!! Bisuak dibaie yuang!

"Dapek karupuak ubi loweh cako, lotak-an lah ka teh salayan reah, dimakan pulo dek moncik biko!"
"Boreh lai murah Tuan?"
"A pulo nan ka murah! Lah samo jo okok sabungkuh!"
"Piti bu Sidea lah Tuan antea an tu?"
"Olah. Sonang bona ati eah...lah ditolong dari maambiek, mangubak sampai manjua..."
"Teh den boli sakotak cako, aso-aso kalomak minum teh sudah tuasea keah!"
"Den angek-an aie sabontea dulu..."
***
"Assalamu'alaikum...."
"Kumsalam, baliek ang sikola?"
"Lah. Mak, urang poi ka Bogor tempo taun baru Mak! Ba iyua tujuah atuh mo puluah ribu sorang!"
"Bara?"
"Tujuah-atuh mo-puluah-ibu!"
"Nde, lun jadi maongok wak lai, lai tibo pulo kabutuhan ieh! Kok saditu, yo jan soto ang lai! Malotuh utak apak biko lai nak!"
"Sakalian perpisahan nyinyo Pak. Bulan Mei nanti, lah bi bapisah sikola ka SMA sorang-sorang!"
"Ndak! Jan lai! Ndak tolok dek apak jo amak ang do!"
Eja lah manangkuk ajo. Nde yuang......

***

Nak, nyo banyak tantangan nan ka ang adok-i dalam iduk ko. Masalah poi studiwisata ka Bogor ko, ciek dari sakian banyak tantangan itu. Makin tuo awak, makin banyak nan tibo manimpo. Kok indak pandai-pandai awak mangandalikan hati awak, kalah awak, iyo taibo ati. Tapi kok nyampang lai bisa mangelok-ngelok-an parasaan, maleteng-leteng pandangan, insyaAllah, monang awak nak. Tengoklah apak ang nyak dek ang; kan indak kayo tio do. Kan indak ba umah ancak ba onda tio do. Kareta angin apak, itu ka itu ajo tiok siang nye kan? Kan lai golak juo awak, kok makan malam basamo nyo kan? Walaupun gulai batang taleh bonalah nan awak makan, walaupun sambalado jo pucuak ubi bonalah nan diobuh amak ang, kan lai senyum juo apak nampak dek ang kan? 
Tapi iyo indak bisa pulo didutoi bona parasaan do ieh. Malam-malam, Eja lah baliek main jo baraja dari umah kawan eah, lah sambayang, lah takolok, ...dipandanginyo anak e reah dek Mak Etek. Imai lah tatilontang pulo pek kasua amak eah. Dipandangi Mak Etek oman Eja ,...nampak ongok eah turun naiek, pek dado. Bulek muko Eja , soman bona jo amak eah, Idah. Tapi 'tanggege' tongkea nyo, agak soman jo Mak Etek. Ha! Eja, ma pulo tau inyo dipandangi jak itu. Nyo lah malayang lolok dalam. Zzzz...zzzzz....zzzz.......

***

Pagi bisuak nyo, hari Sotu, taragak ajo Mak Etek maagieh Eja piti balanjo. Biasonyo, Tek Idah nan maagieh piti, tiok hari sotu. Pagi nan sakali iko, ditambah Mak Etek tigo ribu lai. Tacongang Eja, ba dek lai ditambah apaknyo lanjo sahari keah?
"Baolah. Kok tagak mboli bakso bagai ang biko..." kato Mak Etek.
"Kami copek pulang biko pak. Kato guru, kami nyusun bangku ajo nyo, untuak ujian hari nonyan nanti. Jadi, ndak baa kok indak apak tambah piti lanjo wak reah.."nyen Eja.
"Ee, untuak hari nonyan bagai malah. Tarieklah. Lah den niat-an bona untuak ang meah!"
Sonang malah ati Eja. Tigo ribu! Taboli goreng pisang onam reah! Lansuang dimasuak-an Eja piti tu ka dalam saku. Suduk bibie eah, manggarik kateh,; senyum!
Mak Etek sojuak pulo ati eah... Nde nak, nyampang kayo den, bulieh kondak a nan ka ang mintak!

***

Dek paja ka ujian ari nonyan, yo dibueklah samba nan agak lomak setek ieh. Mak Etek kan lai mamboli maco saparompek kilo, pokan potang. Kok dicari ubitogak, digulai jo kambie nan siso bajua pokan, aso-aso ka lomak ieh? Ubi togak pagaran laman bolah ilie, kok di ungka, lah godang gak nyeah. Kan lah lobieh onambulan dicuek-an Mak Etek....
Tek Idah lah mambao pangkua turun. Di singea-singea lah pagaran ko. Ha, nan iko takah nyo, lai barisi. Crup! Crup!....lai losuah masuak pangkua. Tajam! Hes! Takalubak kulik isi ubi ha! Kan iyo tu! Lah godang isi nyo!!! 
Lai dapek pangku-gonok. Dikalubak-an kulik nyo jo ladieng, di potong-potong. Karambie lai pulo tigo nan ka di pangua. Sadang basantan bona , iyo lai manyalinok kok di tuo-an saketek gulai ubi campua maco ko, yo ndak? Lah ba masuak-an sipodeh, lingkueh, asam, kunyik, dimasuak-an pulo daun kunyik duo olai! Bawang putieh jo bawah sirah, dibanyak-an sketek. Ndeh, iyo lai mancotuh baun-nyo! Ndak salosai pulo paja ma-adok-i ujian, kalio maco jo ubitogak ko, kan lah aman pulo pakan-nasi gak duo-tigo hari. Sssssppp...ha, lai taraso garam eah!
"Manggulai apo amak Mak?" Imai lah manjangua pulo ka dapua.
"Maco na diboli apak pokan Komih, dibaun-i jo ubitogak pagaran bolah ilie tu Amak ungka cako..."
"Nde, litak Imai mak!"
"Sobea lah sabontea! Ndak elok makan angek-angek manggalogak ko do."
"Imai tambuah biko dih Mak?"
"Eh, lun jadi makan lai, lah ka batambuah!"

**
Ten, pek dalam poghak, Mak etek lah manangkuk-nangkuk ajo. Umpuk bolah ilie, lai agak panjang. Manyabik lah ciek lu! Dulu kan jo rajuk urang manyabik; kini mak Etek jo karuang plastik ajo nyo. Dek sabik lai agak tajam; iyo lai losuah pulo putuh eah umpuk ko. Srrrt..srt..srt!

Lah tabayang, kunyah pawea bantieng, malam biko, makan umpuk ke ha. Subur! Hijau! Kok dipabdang-pandangi bantieng geah; yo lah gak barisi badan eah. Pangka pao nyo lah mambubuang. Bulunyo lai pulo barasieh. Nyampang tatumbuak singka ka pamatang, abih sagalo aka, bantieng keah di jua, yo ndak? Misalnyo ditarimo Eja pek SMA, tu lah abih pulo piti gak sajuta duo juta biko reah! Samo tau ajolah wak; kok ka manyolang piti kondisi ajak nan kini keah; sulik! Urang bi bakaparoluan ajo sadonyo! Ado nan ka ba minantu. Ado nan ka kuliah anak nyo. Ado nan ka baubek ka umahsakik. Ado nan ka naiek oji..... 
Tibo-tibo bantieng Mak Etek malonguah. Ngoooooohhh...!!! Ha, ba ajak e reah? Tau nyo baso ka dijua semester muko? Ibo ati eah? Dipandangi Mak Etek bantieng reah nonap-nonap. Bantieng reah, ajak tau pulo inyo dipandangi. Lah manakua ajo bantieng cako, mato eah takijok-kijok! Ndeh!

***
Pagi nonyan, lah bi sibuk ; Eja jo Imai ujian semester! Pagi-pagi lah mandi, makan jo rondang maco campue ubitogak. Glk-glk-glk! Mantap! Garamnyo, taraso. Bau daun salam jo daun kunyik; siiip! Yo pandai Tek Idah mambuek samba ieh.....

Nengok anak nyo barangkek sikola, lah sonang pulo ati Mak etek jo Tek Idah. Nyampang kok lai manjadi 'urang' paja nan baduo ko isuak; kan sojuak kiro-kiro tu.... Biasonya Eja lai ranking duo..kok indak, ranking tigo. Imai, iyo agak banyak; numur salapan, kadang sapuluah. Tapi , sacaro umum, lai tamasuak nan pandai. Lai indak 'jelek-jelek amat' istilah urang eah!

"Lah ba pareso pituluk, pena, kojai pa-apuh sadonyo?" Tek Idah batanyo.
"Olah. Lah Imai masuak-an sadonyo ka dalam tas!" Imai manjawek.
"Kok copek kau pulang biko, amak di baruah. Jan malala pulo jauah-jauah! Baco palajaran nan kadiuji bisuak!"
"Iyo, ho-oh! Mai poi. Assalamu'alaikum!"
"Alaikumsalam."
Nde, iyo jadi 'urang' lah kalian nak! Jadi dotor, atau insinyur, atau dotoranduh!
***


Lah barangkek paja sikola, takona dek Tek Idah baso ubitogak nan baungka potang, ado juo lai, pek dalam baskom. Di baa-an lah nan ancak ko? Eh, kan sipuluk lai juo pek dalam kombuk? Kok ditumbuak ka losuang pek dangau indiek-an porak Pitopang bolah mudiek ten, dibuek-an ka lopek, lomak pulo ke ieh?
Ditumbuak boreh sacupak, dipangue ubitogak, diaduak rato, ditungkuh jo daun pisang. D
aun pisang di diang sketek dulu, bulieh ndak lontua nyo. Tiok tungkuh, di isi jo sokea niro. He he he, jan dikiro-kiro pulo lomak e lai! Kaluea aie liwua biko! Kaluea kan?

Lah baobuh dalm pariuak, lah barasok-rasok kaluea dari tutuk bolah kateh. Baunnyo indak alang kapalang. Lomak pamangkanan ko, indak dek bueknyo ajo do, tapi dek suasana hati bagai. Jadi, katiko lah pulang anak-anak sikola, lah baputea kincie-kincie dek ujian semester; diidangan nasi jo samba rondang maco; ditutuk pulo jo lopek ubi basokea niro; yobona mandocik rasonyo. Sssss.......ndeh tuan!

***

Mak Etek maelo bantieng ka porak tobiang. Ditambek-an lah pek iko ieh. Ha, makan lah kau, konyang-konyang....den poi ka baruah manengok bayam di pamatang. Lah patuk pulo di korek pucuak bayam tu takahnyo. dapek sagonggam kan lah lopeh pulo nan kadisayua malam biko tu kan?

Lai patuah pulo bantieng geah. Lah di'sabik'nyo umpuk porak reah jo muncuangnyo. Krrt,krrt,krrrt....
Ten, pek baruah, Mak Etek lah 'panen' pulo bayam di pamatang. Untuanglah, lai dimanfaatkan pulo pamatang ko bulan nan lalu untuak mananm bayam, yo ndak? Lai ka manyayua dusanak sadonyo? Ambiaklah sagonggam sorang....

***

Lah ampieng sabelok ujian. Lah mulai ponek badan. Ari jumat, potang, ujan-ujan ujian olah raga. Pulang sikola; Eja lah lolok ajo dalam biliek. Sakik kapalo, nyinyo. 
"Domam ang?" Tek Idah batanyo dari dapua.
Eja ontok ajo. Manilungkuk ka kasua. Rangkik-rangkik!
E, Imai bisuak itu, pagi Sotu, lah konai pulo. Sajak malam lah bosin-bosin. Manuruk salemo pek bibie ateh. Batuak bagai!
"Sakik Uda nan mindah ka Imai pati!" nyen Imai pulo. Eja ontok ajo. Eja, kalau lah sakik, nyo otok indak mangecek sketek tio.
'Den ante lah kau ka Ema! Naiak lah ka keta angin nyak!" Mak Etek mambao Imai ka umah Kak Ema. Kak Ema indak dotor tio do; tapi bakojo pek puskesmas. Urang kalau sakik, banyak nan baubek ka Kak Ema. Mangkuah! Kak Ema, ramahnyo inbdak ba buek-buek do. Raso ba ubek ka Ibu awak sorang!
'Indak bulieh makan nan baminyak-minyak banyak dulu dih.." kato Kak Ema. Diagieh nyo ubek pel, makan tigo kali sa hari. " Iko untuak pambunuah kuman, iko untuak supayo jan alergi, iko panurun paneh",...kato Kak Ema.
Eja lah agak ondo domamnyo hari Sotu reah, tapi nyo ndak juo poi sikola do. Indak juo ka baraja do kan? Dibuek-an Tek Idah aie daun botiek barameh sagaleh. Basuruah minum ka Eja. Yobona paik. tapi sudah itu lah cegak ajo inyo. Siatlah kalian nak oi....

Hari Nonyan, Eja jo Imai lah sikola baliek. Lah siat kaduonyo. Tapi indak baraja kironyo urang do. Mungkin sadang mamperssiapkan rapor gaknyo. Ado nan main bulu tangkis, ado nan main volley. Manjalang pulang, murid klas tigo (kini klas sambilan namonyo) dibagikan surek undangan dek guru. Tarimo rapor tarakhir salamo SMP, sobab semester ka datang, rapor tingga formalitas ajolai, lah bagonti jo Ijazah, nyampang lai tomat.
Mak Etek, iyolah lamo bona indak poi sikola. Sajak tomat SMA dulu, nyo bakojo-kojo di umah ajo. Ka kuliah, indak bapiti. Poi manarimo rapor Eja, yo harok bona ati. Mudah-mudahan numur tigo juolah inyo andaknyo, supayo taimbau ka muko. Kan sonang pulo ati awak, anak awak lai tamasauk nan pandai, yo ndak?
Tapi perkiraan Mak Etek maleset. Lah taimbau nomor ranking tigo, indak anak awak kironyo do. Lah tapanggie pulo ranking duo, indak pulo do. Kabaa juo lai. Eja iyo sakik kotu pangujuang maso ujian potang kan? Mungkin kok turun prestasinyo. Tapi dek Tuhan , lain pulo nan Baliau rencanakan. Katiko ranking satu basobuk dek wakil kapalo sikola bidang pendidikan; Reza Syariman, yobona taparangah, taontok, ndak obeh nan kadisobuk Mak Etek do. Ranking satu! Subhanallah, alhamdulillah! Raso-raso ka titiek aie mato, kotu malangkah ka muko mangawani Eja manarimo rapor. Orek bona salam Mak Etek ka guru sasudah manarimo rapor tu. "Mokasih banyak pak. Mokasih banyak bona. Mokasih ieh pak!" kato Mak Etek. Matonyo lah bakilek-kilek dek basah.....

***

Murid tigo besar satiok lokal klas 3, dapek fasilitasi dari sikola untuak dimasuak-kan ka SMA nan sasuai jo pilihannyo. Pihak sikola akan membantu mendaftarkan secaro awal ka sikola tu. Asal, sikola SMA nan dipilieh reah, ado di dalam wilayah 50 Kota atau Payokumbuha. Bitu oleh-oleh nan disampaikan dek kapalo sikola, wakotu manyampaikan kato sambutan. Sudahtu, satiok murik juara klas 3 jo urang tuonyo, dimintak pulo bakumpua di kantua manjalang pulang. Tanyato ado juo oleh-oleh ciek lai. Sikola mambebaskan SPP sa smester nan ka datang, sampai tomat...!! Ko iyo kobea elok bona keah! Yobona sayang Tuhan ka awak! Kotu kapalo sikola jo wakil mintak Mak Etek manandotangani kuitansi bantuan SPP reah; indak tolok dek Mak Etek manahan hati lai! Dipaguk-eah apak Kapalo Sikola deah! 'Mokasih banyak bona den Pak...." kato Mak Etek. Ajak apak keah ajolah guru sadonyo andak eah! Tatolong bona nasib kami dek apak, nyinyo. Yo ndak tahan pulo aiemato Mak Etek lai. Lah jajek ajo eah manarimo pamborian guru Eja ko.
"Sudah acara itu, Eja lah dibao Mak Etek jo keta angin. Eh, ba dek madok ilie keta angin geah? "Den taragak mambolian ang sate sapinggan ponuah!" nyeah. Ha!....

***


Tibo pek umah, batambah sonang ati. Ba pulo ka indak? Imai juara limo! Ha, kan lai tamasuak limo besar tu? Biasonyo tujuah , kok indak salapan. Onde, alhamdulillah, mokasih banyak ieh Tuhan Allah Nan Kayoooo...... Kok bansat bonalah kami nyen urang, tapi paja nan ba duo ko, lai mambuek hati kami kayo! Mokasih banyak Tuhan, indak saburuak sarondah nan disangko urang bona, kami ke reah!
"Wak mintak hadiah dih Mak! Wak kan juara limo!" kato Imai.
"A dek kau nan taragak?" tanyo Tek Idah.
"Wak poi pokan Komih jo amak, bolian wak cindua!"
"Wak iyo pulo Mak! Wak duo galeh!" timpo Eja.
"Ndeh, nan kalomak dek Uda ajo tu? Wak iyo pulo Mak! Wak duo galeh!"
"Kok bitu, wak tigo galeh dih Mak!" tambah Eja.
"Jan omuah Mak! Uda lobo!"
"Olah! Olah reah. Sagaleh sorang. Jan batengkea pulo pagi-pagi ko!"
'Ha ha, sagaleh sorang ! He he he. Weeeekkk!" Imai mancibie.
Eja mandokek ka mancubik piriek Imai. Tapi Imai copek lari ka baliek pinggang Tek Idah. Hi hi hi,..."Eee, paneh dalam, paneh dalaaam..." Imai golak-golak

***

‎"Puku bara kalian minum cindua biko? Kok lah laku pisang jo kambie nyak, den jalang kiun biko." tanyo Mak Etek.
"Kiro-kiro pukua sapuluah lah biko Tuan. Kok ba HP wak, kan bisa diagieh tau 
Tuan biko." kato tek Idah sambie senyum. Nyo malirik ka Mak Etek. sakijok ajo!
"Kok lah sikola tinggih Eja suak, pek Padang ten, iyo parolu HP dek awak. Kini, anciklah dulu. Jo a kadiboli? Den, mamanai Ongku Mudo mambao HP ka masojik, dilotak-annyo pek sajadah, di casnyo pulo di dokek mimbar, maleh ajo ati den.." kato Mak Etek.
Tek Idah manangkuk ajo. Jan nampak muko wak dek laki, kok olun sampai bona kondak ati.... Nyopayah manjago nan 'saketek' geah!

***
Lah togak Tek Idah jo Imai jo Eja pek topi lobuah. Mak Etek lah dulu cako jo kareta angin. Tukang ojek lalu manawari ka diantea ka pokan. Tapi tek Idah manulak, sobab sompik duduak batigo di ateh onda. Katiko lalu bendi, barulah Tek Idah naiek jo paja nan baduo ko. Lah duduak Eja bolah muko, Tek Idah jo Imai pek bangku lakang. Klak-klek,..klak-klek...klak-k
lek...! Ndak siagak bunyi tapak kudoh pek jalan aspal deah!
Oncu Anih sobok pek topi jalan. Nyo mambao giliengan jo kibang.
"Kama Ncu? Malah ka pokan wak..." sapo Tek Idah.
"Eh, kau Dah. Ba dek lai pagi bona barangkek? Puku sambilan ari baru!"
"He he he,..poi babolik-bolik ajo dulu sambie mancari lado garam. He he he.."
"Oooh, den manjopuk boreh ka eler dulu. Jan diabihan lauak ndak!"
"Ha..ha.. jo aa ka diabihan Ncu. Lah dapek maco jo sapek siam, lah jadi dek awak reah!"
"Ko paja lai manuruk tu?"
"Lai. Mintak mboli cindua nyinyo!"
Sainggo itu dapek mangecek nyo. Sobab bendi lah bajalan juo. Klak-klek...klak-klek..klak-kl
ek! Wis, ck-ck..ck....

***

Ladogaram lah masuak ka dalam plastik asoy. Maco olah pulo. Karupuak ubi matah, lai pulo sakobek. Jamtangan murah di jajo-jajoan urang cako; lah manjangua pulo mato anak urang nan baduo geah manengok. "Limoboleh ribu, limoboleh ribu! Sia nan ka ba jam tangan. Limo boleh ribu! Murah, murah-muraaah..." nyinyo. Rono nyo rancak-rancak. Sirah jambu, kunyieng, biru, itam bagai ado pulo. "Boli Mak?" Imai manunjuak ka arloji tu. Tapi lansuang diegangnyo tangan Imai dek Tek Idah. Takona dek inyo kato Mak Etek; 'banyak loji kini, pek HP, pek oto, pek Tape-recorder, pek masojik, pek topi jalan; tapi indak barubah urang jo jonji wakotu nampak dek den deah. Talambek- ka talambek juo nan banyak nyeah.' Ciek lai, ka pulo ba jamtangan reah dek pajaketek keah? Tigo hari biko lah rusak, tarondam bagai wakotu mandi. Maabih-abihan piti ajo tu nyo! "Tapi wak ka mamboli cindua?.... Malah!" Tek Idah mairik. Eh, iyo ieh!

Baru ka duduak dalam pajak cindua baru, lah masuak pulo Mak Etek. "E Apak!" Imai lansuang talompek kecek eah. Tek Idah senyum ajo. Lansuang bamintak cindua ompek galeh!
Tukang cindua keah lah piawai bona. Galeh godang lansuang ba isi jo cindua. Cindua sagu. Sa sonduak; ...tambah sa sonduak lai. Sudahtu, aie sokea. Sudahtu santan. Sudahtu manisan kental. Tarakhir, manjalang kaponuah, bacekuh-an topi sonduak reah ka bibie galeh! "Tuh!"...Ndeh, lomak eah lai. Glek-glek-glek! Komih nan katibo, ka pokan wak baliek Mak? Boli cindua?.....

***

Lah ampieng tuasea Mak Etek pulang dari pokan. Lah obang urang pek masojik. Sambayang lah ciek dulu. Sambayang ka masojik ko, walau indak rutin, lain pulo lomaknyo. Sojuak ajo hati wak, kalau lah togak samo-samo ba saf-saf ke ah. Wak imam ndak pandai, obang ndak pulo tolok. Tapi kok togak pek ujuang saf nyak, lai managieh. Kalau lah sudah sambayang, dikaduan sagalo nan taraso ka Tuhan. Ngecek bona jo Inyo, ajak mangecek jo mandiang ten.....

Kironyo ado Tuak Oji pek masojik. Lah pulang baliau dari Jakarta kironyo. Tuak Oji ko, walaupun urang 'godang', nyo bawaannyo sederhana ajo. Kadang-kadang bajunyo lah batumbok bajaik pek lakang, lalu ba onda bebek sirah. Tapi nyo indak minder saketek tio do. A pulo nan ka di miner-an? Anaknyo ajo ado nan dotor, insinyur, perwira bagai! Olun urang jadi pejabat lai, nyo lah jadi urang godang! Tuak Oji ndak pandai mangecek ba kelok-kelok do. Nyo luruh - luruh ajo. Ciri khasnyo kalau togak pek muko, "kaum muslimin yang hadir..." nyeah. Indak ado yang terhormat yang kami muliakan dlsb nyo do. Bitu pulo Tuak Oji ko. Kini, tuasea ko, lah tibo eah pek masojik. Lai tabao piti tigopuluah juta, sumbangan urang rantau di Jakarta , Bogor dll. Perantau, kalau Tuak Oji nan tibo, pasti picayo, piti ko kabajadian untuak amal. Amal jariyah!
Sudah basalaman, lah batanyo kawan-kawan nan tibo; "baa, lai lancar-lancar ajo perjalanan Mak Oji.." "Lai dapek nan dimakosuk?" "Lai siat anak nan pek Jakarta tu?" dll, dll. dll.
Sudahtu, Tuak Oji pulo nan batanyao kaadaan masojik jo kampuang salamo sabulan ba tinggaan. "Anak-anak ang baa?" tanyo Tuak Oji ka Mak Etek. Tersanjuang pulo parasaan mak Etek ditanyo Tuak Oji. "Lai juara nan godang Tuak, nan ketek ranking limo...alhamdulillah" jawek mak Etek. Sonang bona ati yo ndak? "Syukurlah. Nanti, wak usaokan , anak-anak pek kampuang awak ko sukses manyambuang sikola sampai tomat!" kato Tuak Oji. Ondeee, lapang bona raso dalam dado nyak !
***

Dek lomak ota, lah lewat pukua ompek. Tuak Oji lah ndak pulang lai. Manjalang kaluea masojik, Mak Etek mandokek ka Tuak Oji. "Tuak, buah coklat atuak nan pek porak tobiang, lah bi masak nampak dek wak. Kok diambiak, dijua ka pokan ba nyo?"



<p>"Ambieklah, ambieklah!" jawek Tuak Oji. "Karambie bagai tolonglah sakalaian! Ko coklat nan pek ampieng umah ko, lah banyak pulo nan masak takanyo Man" nyinyo. Ha..!</p> Tuak Oji ko, nyo hobi batanam-tanam ajo. Kok piti, lah balobiah. Pensiunnyo indak ta abihan tiok bulan. Anaknyo bagai lah bi mandapek. Diboliannyo Tuak Oji oto dek anaknyo, malahan jarang bapakai. Dek inyo onda bebek sirah lamo tu juo nan katuju....

Diansua lah maocak keta pulang lai. Direngguk-an umpuk dalam porak gak sakaruang manjalang sonjo. Nan kadimakan bantieng malam biko yo ndak? Sajak pagi, lah batambek-an ajo, wak lah poi ka pokan manjua kambie jo pisang. Dikona pulo makan bantieng, bulieh jan malonguah-longuah pulo nyo malam biko dek kalitak-an. Lomak kayuah keta angin keah lai;..srrt..srrttt...srttt.......


***





<p>Manjalang tugorik lah masuak bantieng ka kandang. Lawak=lawak baisi jo umpuk. Bantieng lah ngunyah-ngunyah pawea ajo, sambie sakali-sakali manggarik-an kaki lakang nan di 'gitik-gitik' eah dek langau. Kadang-kadang ka ampieng suduk mato bagai langau ko inggok. Nan kalomak dek langau ajo!</p> <p>Mak Etek lah sudah sambayang magorik. Eja jo Imai jo Tek Idah olah pulo. Pilem Upin Ipin lansuang disetel Imai, sambie mangango ajo ka televisi. Eh, baru Upin-Ipin nan iko takahnyo; biasonya nan lah baputa, diulang puteanyo baliek!</p> <p>"Kan indak sikola kalian do, baraja lah tempo pulo. Mangaji tempo pulo tu?" Tek Idah manyapo.</p> <p>"Imai nan maiduk-an tipi mak!" kato Eja.</p> <p>"Tapi Uda soto nonton kan?" jawek Imai.</p> <p>"Ngajilah dulu kato Amak! " Eja maindoktrinasi.</p> <p>"Uda? Uda indak ngaji tu?"</p> <p>"Iyo. Ngajilah kau dulu.."</p> <p>"Den sudah pilem Upin - Ipin keah ngaji biko!" kato Imai.</p> <p>"Yo kok sudah pilem tu, ndak baa juo do. Jan sampai dek pilem reah, lupo mangaji.." kato Tek Idah. Tek Idah dek lai sikola MAN dulu, jadi lai diparatiannyo juo pakaro mangaji anak-anak ko.</p> Mak Etek sambie mancukie-cukie cik kuku nan lah itam dek manyabik cako, duduak pek muko. Bau maco bagoreng jo lado mudo, lah manuwie-nuwie iduang Mak Etek. Asok eah dibao angin dari dapua . Ko iyo lai ka batambuah pulo makan gak nyo ko! Karupuak ubi loweh jo maco balado! Dek kami, ajak iko lah lomak bona!

***

Pagi, baliek dari pajak; Mak Etek lah mangayuah keta-angin ka ilie. Ka ma ? Ka porak Tuak Oji. Buah coklat lah tuo masak-masak. Dapek rasoki sapuluah-duo puluah ribu, lah jadi reah. Apolagi, nyampang sampai limo puluah ribu! Taboli panduduk jo tolua ayam agak sakilo reah kan? Bisa pulo mambuek mie goreng ari akad pagi, nan kadipupuah jo paja baduo nyak! Sakali sabelok mambuek mie goreng, kan ndak baa te reah? Kok tiok hari, iyo sakik wak biko; bumbunyo yobona mandayo. Lomak tapi mancandu. Kato dotor, kodok-kodok makan mie, indak elok do....

"Kreeeng..teng-teng..teng-teng


<p>...teng-teng! Kama lah apak Eja geah pagi-pagi lah mamonuhi lobuah kampuang? Indak tangoran den ka lalu? Den tumbuak dari lakang biko! Ha -ha-ha..." Iyuh Kalentang lah mamokak dari lakang. Sambie manggas-gas yamaha bebek tahun 90 nan barasok-rasok.... Mak Etek dipotongnyo sambie mangguyang-guyangan panggua eah di ateh onda e reah. Ajak-ajak mancimeeh. Baju kaus kusam ba merek 'Baterai ABC no 1" totap tapakai....</p> <p>"Kan lapang jalan tu ha! Banyak cencong juo ang. Indak luruh utak ang lai?" jawek mak Etek.</p> <p>"Eh, kalau pejabat lalu;, minggir. Emosi den biko!" jawek Iyuh Kalentang pulo.</p> <p>"Emosi, emosilah! Ndak takuk den deah. Pek Jakartta ten banyak nan emosi. Di padiea an urang ajonyo. Bakea malah badan ang reah pek muko istana ..." kato Mak Etek pulo.</p> "Pah-qoh dek ang! Indak kamanjadi urang juo ang ko do. Payah kalau indak awak apak eah! ha ha ha..." Kreteng-teng-teng-...teng-teng...teng-teng.... (asok mangopua-ngopu!). Nyo lah lucuk mambao karanjang.


***

Eja lah baliek pek pajak. Onam mato-kaie lah tagonggam pek tangannyo. Mato kaie 1,5 senti; sadang elok bona untuak boluk! Tali nilon siso bonang olang-olang ado pulo pek lakang pintu dapua. Dibao ladieng ka baruah, di pasang kaie ko di nilon sapuluah jongka. Di otua umpan cacieng. Sip!




<p>"Ka ma ang Ja?" tek Idah batanyo.</p> <p>"Baruah mak. Ngaie boluk!"</p> <p>"Jan lamo-lamo bona. Kok lah obang urang, katehlah!"</p> <p>"Jadih!"</p> <p>"Den poi jo Uda Mak?" Imai manuruk.</p> <p>"Jan poi pulo kau lai! Manggaduah ajo!" Eja mambilolak-an mato.</p> <p>"Indak, Nengok-nengok ajo Mai nyo!" jawek Imai.</p> <p>"Jan lai! kami poi jo Irul. kau padusi! Di umah ajolah jo amak!"</p> <p>"Iyo. Jo amak ajolah di umah. Mbuek gulai kincuang wak. Malah kawani amak ka mudiek mancari kincuang malah!" kato Tek Idah.</p> "Uda jaek! Weekk!!" Imai mancibie. <p> </p> Eja lah balari ka baruah, tabayang mancari lubang boluk pek tobek ampieng longgea Oji Sama'i. Dicucuak-an jo lidih ka lubang pamatang, dinanti gak sa jam. Sudahtu disintak. Hep! Manggalinjang boluk coklat itam! Cocok untuak kadimakan malam yo ndak?

***




<p>Njalang pulang dari masojik, jumat, Mak Etek bajalan ajo. Keta angin ba irieng-an. Sobab kawan-kawan nan lain bajalan kaki. Ado Pak Sami, Ado Tuak Oji Sahar, ado pak Icun , pak Aneh bagai. Lomak pulo maota-ota mambahas katubah cako, sambie bajalan pek topi lobuah keah, yo ndak. Kato Kotik cako, batakwalah ka Tuhan...sadari pek ma posisi awak, tau ju tau awak, tau jo indak tau awak, indak tau jo tau awak, dan indak tau baso wak indak tau; nyinyo. Dek Mak Etek, lun paham bona makosuk Kotik tu lai; jadi batanyo-tanyo juo sambie jalan ka nan lain, nan agak tuo ilemu jo umuanyo. Kan iyo bitu nan ancak ieh?</p> <p>Sadang bajalan reah, Eja mamotong jo kawan nyo.</p> <p>"Den dulu pak..." nyinyo.</p> <p>"Eh, cako ba dek iruak bona bolah lakang tangoran dek kami?" tanyo Mak Etek.</p> <p>"Simik konai bongih dek BK pak.." jawek Eja.</p> <p>"BK ma pulo reah?"</p> <p>"Burik Kapsul, golea dek kami anak-anak ajo..."</p> <p>"A makosuk e reah?"</p> <p>"Burik Kapalo Sulah. Simik maenden-enden kawan sadang sambayang cako, dijontiek eah talingo nyo dek BK......"</p> Tagolak sengeang ajo Mak Etek jo apak-apak reah. Paja -paja ketek kadang-kadang iyo ado-ado ajo kojo nyo sadang sambayang. Dulu, pernah ba lotieng bagai talingo kawan dari lakang jo kojai! Padahal, urang sadang katubah!

***


Tibo di rumah, sadang makan pulang masojik, Eja ngecek ka amak nyo. Pek dapua, kotu amaknyo mamindahan nasi ka dalam mangkuak.



<p>"Mak wak mintak piti bisuak limo ribu dih Mak..."</p> <p>"Ka a piti dek ang? Kan indak sikola bisuak do, urang tempo sudah tarimo rapor?"</p> <p>"Irul mambao den poi ka Harau jalan-jalan.... Iwan bagai jo Ijon. Jo onda ."</p> <p>"Ndee,... kalian bi ketek-ketek, olun ba SIM lai! Kok ditangkok polisi biko, baa?"</p> <p>"Mudah-mudahan ndak ado polisi razia bisuak Mak. Kami taragak jalan-jalan ajo nyo."</p> <p>"Mangeceklah ka apak ang dulu, kok lai buliah dek inyo. Tu nyo lah tibo pek laman takah eah ha..."</p> <p>***</p> <p>"Eja ndak poi ka Harau jo kawan-kawan eah bisuak Tuan." Tek Idah mangecek ka Mak Etek. Mak Etek baru masuak ka rumah. Keta angin lah ba sandea-an pek dindiang lakang dapua.</p> <p>Mak Etek oniang sabontea. Ka Harau? Poi jalan-jalan tu? Jo aa kiun? Jo ca poi?</p> <p>"Dibao Irul jo Iwan, baombeang jo onda nyinyo. Mintak piti balanjo inyo kamuah." kato Tek Idah, ajak-ajak tau apo nan dipikie-an Mak Etek.</p> <p>"Poilah. Tapi kok razia urang, baliak ajolah baliak. Jan lambek dari talu-u tibo di umah. Kok ka sampai sonjo, jan lai!" Jawek Mak Etek. Nyo sadar pulo, paja ko lah remaja, ba kawan-kawan poi samo-samo tu, kok parolu pulo. Walaupun, kondisi kini, indak dapek dipicayo bona do. Takuk awak jo 'ubek talarang', jo hura-hura anak-anak remaja nan kadang-kadang mambuek 'geng' inyo samo inyo.</p> <p>"Mintak piti lanjo dih Pak.." Eja manyalai.</p> "Diagieh malah, sakadar pamboli aie kok auh tongah-jalan." jawek Mak Etek. Piti kawah coklat jo kambie lai ado juo siso nyo lai. Paja sadang tempo sikola, kok taragak refresing pulo, istilah urang kini, tianlah. Nyo kan lah dapek ranking pulo potang ko. Dipalopeh saktek parotian. Ba anak mudo-tangguang ko, sulik-sulik mudah. Dikorehi, patah. Dilunak-i, lopeh!

****


<p> </p> <p>Hari Sotu, lah baomberng-ombeng paja ko barompek urang arah ka ilie. Ka Harau. Lai indak ado pulo polisi razia do. Lah cikakak-cikikik sapanjang jalan. Kadang-kadang, lah manyimpang pulo ota ka 'cingkiriang'! Ha...</p> Apolagi, kotu tibo pek Harau, lah rami pulo nan mudo-mudo. Ado nan ba oto, ado nan ba onda. Ado nan ba oto pikap bagai, samo-samo. Lah sonang pulo hati urang nan manjua karupuak ubi. Lah maleleh pulo lado sirah ka karupuak. Badoruak-doruak! Aie tojun mandoru turun dari ateh bukik batu. Yo ancak nagori awak ieh? Ado nan mandi. Ado nan makan jo amak-apak nyo pek ateh batu. Ha, ten bolah ka batang kayu ten, ado pulo nan duduak baduo jantan padusi. Ba lokok-lokok-an pulo kapalo nan padusi ka bahu nan jantan. Iwan golak-golak manengok jo Ijon. Irul bitu pulo. Eja tangango ajo...

***
Lah pueh mandi bakacimpuang, taraso pulo litak poruk. Lah manggigie bibie dek pucek, bakonak-an baju basah-basah. Awak indak mambao kain anduak, .... Sudahtu, iyo dipupuah lontong pical jo karupuak loweh balado , ndeh mak, manggarik-garik sampai ka talingo! Lansuang abih piti limoribu cako. Lah tandeh sapinggang sorang; taparangah! Hari lah puku saboleh. "Pulang wak lai! Manjalang talu-u, harus tibo di umah" kato Eja. Bairieng-irieng pulang; tingga tobieng tinggih, tingga aie tojun, tinggalah urang nan rami, tingga batangkayu rimbun, tingga sawah tabontang suok kida.......

Nde, tibo pek Tanah Mati, ujan ari. Agak kodok ujan siang kini. Cako lai agak paneh. Kini lah turun aie dari langik. Tapaso anak urangko baronti dulu. A, lai ado pajak topi lobuah, di sawah nan loweh ko. Barontilah disiko daulu. Di dalam pajak, ado urang nan sadang minum niro. Nde, ujan-ujan minum niro, baa raso nyo tu? Bialah onda ko baujan. Awak iyo batoduahlah dulu. lah rami pulo urang nan duluan batoduah, kironyo. Ado apak-apak. Ado uda-uda. Ado nan mambao anak jo binyi bagai. Eja, Irul, Iwan jo Ijan lah mamaguk badan sorang-sorang ajo bolah ka suduk.
"E, aang Panduko, dari ma cako ko?" tangoran apak-apak batanyo ka nan lain. Urang samo batoduah, mungkin kawan samo godang dulu gak nyo ieh.
"Eh, Malin, ka ilie nye agak. Nyak paja mintak bolian sapatu jo tas."
"Lah klas bara nan tuo?"
"Klas tigo sempe. Taun muko lah ka manyambuang pulo lai. Ntahlah, ntah lai ka tadayuang ontah indak!"
"E, lah godang meh ieh. Den klas onam SD nan tuo baru. Lah baduo pulo adiek eah."
"Locuklah kudoh reah katiko lai batanago. Den baduo ajo tolok nyo.."
"E, kalau ndak tolok sikola tinggih, ka SMK ajo dimasuak-an nanti..."
"Sikola yobona mintak piti bona kini ieh.. Sagalo maha!"
"Ka baa nyan awak. Lah bitu pulo zaman eah."
Apak-apak nan baduo tu toruh juo maota, mananti ujan toduah. Eja lah manakua ajo mandongea-an. Dalam ati inyo bakato; nyampang indak tolok dek apak den nyambuang sikola ka SMA isuak, ka SMK ajo pulo lah den nan ancak......

***

“Nde, bilo ka toduah e ko?” ibu nan togak ampieng apak bolah ka suok, manggarutu. Omannyo bakoruk-koruk. Mungkin lah taragak bona inyo balanjo ka pasea gaknyo. “Sobea lah kau sabontea lai. Ko lah ondo ha..” kato lakinyo. “Iyo, lah taluhua pulo ha!” binyinyo tambah pencong-pencong paruahnyo, manjowob kato lakinyo.
Hah? Lah taluhua? Konai bongih dek apak biko, kok talambek dari taluhua pulang, …Ejabapikia sorang. Tapi, dikatokan malah ka apak biko, baso hari hujan, wak batoduah dulu pek Tanah mati. Biasonyo, apak, kok lai masuak aka alas an awak, nyo indak bongih do.
Pek Masojik, Mak Etek lah saudah sambayang jo apak-apak nan lain. Lah dduduak-duduak maota. Mulai dari nan ringan-ringan, sampai masalah nan borek. Mulai dari paik iduk, sampai ka basyukur ka Tuhan.
“Anak den tuo, ka poi ka Malaysia nyinyo!” kato Tuak Muih. 
“Ndak baa tu do. Dipabanyak pangalaman pek rantau urang!” sambuk Tuak Oji Sahar.
“Tapi indak buliah poi kiun lai?” tanyo Mak Etek. Nyo kadang-kadang tibo pulo pangona ndak poi marantau, mangumpuakan piti. Tapi, dipandang-pandang muko paja nan baduo nyak, raso-raso ka borek maninggakan dangau. Dipacukuk ajo nan ado ko, yo ndak?
“Itulah nan den tanyoan ka minantu den nan pek Jakarta ten bulan nan lalu,” kato Tuak Oji. “Ruponyo, pakaro Malaysia ko, rekayasa ajo nyo. Ba buek-buek. Sakalompok urang nan bingik., Lai takona isu SMS ‘merah’ nan bisa mambunuah panarimonyo dulu? Itu kan untuak mambunuah parusahaan dari Malaysia nan masuak ka awak. Nyatonyo, kini parusahaan tu lah sukses. Bahkan urang awak Donguang-Donguang, ado nan jadi direktur utama pek perasaan Malaysia nan ba operasi pek awak ko. Pengusaha perkebuann lah maraso taimpik pulo sajak pengusaha Malaysia masuak. Babuek-buek kasus. Ko, sajak proton masuak ka awak, lah bagai-bagai ‘move’ nan babuek supayo muncul raso bonci. Kato minantu den tu,’si Ceng-ok nan bacokak, si Meren lah soto bongih-“
Untuang lah apak-apak ko maota pek Masojik, Eja lah tibo pek umah. Alhamdulillah…..

***

Mak Etek sadang ma-alieh bantieng dalam porak; Iyuh Kalentang lah tibo jo Iman Cabak. Lun baronti yamaha 90 eah lai, nyo lah manyogah,
"O laki Idah, olah takumpua piti satinggih banta guliang?"
"Ha..ha ..ha..." Iman Cabak takangkang dek golak. Nyo ba ombeng jo Iyuh. Duduak bolah lakang sambie mamogangan bahu Iyuh nan saroman biasonyo, ado gambar 'baterai ABC no 1'. 
"Manga ang kiko? Den poka-an umpuk nyak ka dalam orang ang biko!" jawek Mak Etek.
"Itu dek manjadi urang juolah nan deen. Jan muno ajo dalam porak Idah ko. Ha ha ha ha..."
"Pancik-an dek ang! Kok ka manyolang uriek ang, tu pek bawah batang cimbodak!" tambah Mak Etek pulo.
"Kaa dek den uriek reah. Tarieklah keta angin ang. Malah samo-samo wak ka Tanjuang Jati. Urang lah ondoh portoh kiun, ang bapingik ajo pek dangau geah!"
"Manga rang pek tanjuang Jati?"
"E yayai. Nan indak ka manyolang juo mato ang geah. Hengky Ardiles main sonjo kini. Rugi godang ang kalau indak tibo. Konak-an lah sarowa ang copek. Tukea baju busuak reah!"
"Jan mokak jeah ang! Den tenju ang biko lai. Indak basowa den nyeang kini geah tu?"
"Ha ha ha ...ha ha ha...ha ha ha..."
Eh, Semen Padang nan main pek Njati, tu iyo kiun wak nye reah! Ndak bisa dipadiarkan saja tu do! Lah basicopek Mak Etek manggonti baju , mintak izin ka Idah, poi nonton main ban ka tanah lapang Tanjuang Jati...
"Den poi pulo dih Pak?" Eja ma-arok ka apaknyo.
"Poilah. E, tolong concang batang pisang tu dulu untuak makan bantieng malam biko, sudahtu baru poi!" kato Mak Etek. Eja lah turun ka dalam porak mambao ladieng, manconcang batang pisang. Di masuak-an ka dalam lawak-lawak.

Iyo hauh urang awak jo hiburan kolektif ieh. Tapi lun ado objek wisata nan permanen lai. Ontah bilo-kabilo lah Tanjuang Ipuah dibangun jadi objek wisata air 'water boom'. Mambaie Rp 10.000,- sakali masuak, omuah juo wak!

***

Lah agak rami pajak kopi pagi ko. Ado Ewin Kornel bagai. Nyo baru pulang duo ari nan lalu dari Jakarta. Jan ditanyoan pulo, ba dek Ewin Kornel namo eah. Sobab kotu SD dulu, nyo tagieh main ban. Asa lah dapek tendangan suduk, inyo toruh nan manyipak, ten dari suduk tanah lapang. Sakali wakotu, tendangannyo tu, ontah sangajo ontah indak, mangelok ka tongah, bapoutea-putea, mangelok pulo baliek arah ka gawang. Plos! lansuang masuak ka suduk bolah lakang tunggak kiper. Tangango ajo lawan sadonyo. Monang tim SD Ewin. Sajak sudah itu, lah lokek ajo namo eah, Ewin Kornel. Jak itulah caro urang awak maidentifikasi tiok-tiok person pek kampuang. Ado nan ba agieh namo Kalentang. Ado nan Cabak. Ado nan Gejok. Ado pulo Kapsul. Anehnyo, nan ba agieh golea tu; lai pulo indak baongih tio do. Lah samo-samo mangaroti ajo. 

"A dek Mak Etek? Lontong? Mie-pical?" Ema Pajak lansuang batanyo.
"Mi-pical lah dek den!" jawek Mak Etek.
"Okok Mak Etek.." Ewin ma alieh kotak okok eah ka adok-an Mak Etek. Ha! Samsu! Ko iyo badaso okok e keah! Lansuang tobik senyum Mak Etek. Diengguk-an gak sabatang!
"Bilo ang pulang? Lai lancea ajo pek jalan? Jo binyi ang bagai?" Lah batirik-tirik ajo tanyo nan kaluea. Ewin lah bacarito pulo manjwek tanyo Mak Etek. Tanyo jak itu, lah tigo kali ajak cako ditanyoan urang dalam pajak.
"Mintaklah a nan taragak Mak Etek! Kotu urang rantau lai sadang tempo geah!" Endin Kalupak manyentak dari bangku bolah ka dalam. Ewin Kornel golak sengeang ajo. Oto kijang nyo, ba parkir di muko pajak. Kilek catnyo, yobona jonieh!
"Kok mie-pical nan dimintak Mak Etek, diperaian pagi keah! tapi kok Bakso Solo, iyo indak ado pek iko do!" kato Ewin Kornel.
"E, jan taciah-ciah ang Win. Lah ado Bakso Solo pek awak kini. Yobona lah santieng urang awak ba pajak. Nan olun ado, urang awak pek Solo ten manjua 'pical-mudiek' atau 'botieh pikumbuah!" jawek Majo Lisuk dari lakang. Nyo duduak sambie kaki nan bolah suok togak lutuk, nan k.ida manjuntai ka bawah